Camat Lembang Didampingi Ketua TP PKK Kecamatan Lembang Bersama Polsek Lembang Polres Cimahi Melaksanakan Serah Terima Bayi Yang Dibuang Kepada Dinas Sosial
BANDUNG BARAT, jurnalpolisi.id
Pemerintah Kecamatan Lembang bersama Polsek Lembang Polres Cimahi dan Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Dan Keluarga Berencana Kabupaten Bandung Barat (BP3AKB KBB) melaksanakan serah terima bayi laki-laki kepada Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Sosial KBB.
Serah terima ini dilakukan di ruang PKK Kecamatan Lembang, KBB, pada Selasa (17/12/2024).
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Camat Lembang Drs. Bambang Eko Setyowahjudi, Ketua TP PKK Kecamatan Lembang Hj. Maya Ekawati, Panit Reskrim Polsek Lembang Ipda Indra Gunawan, SH.,MH., PPMS pada Dinas Sosial KBB Priyo Nugroho, Kepala UPT KB Lembang Dadang Badrudin dan Bhabinkamtibmas Pagerwangi Bripka Ridwansyah.
Usai pelaksanaan serah terima bayi laki-laki itu, Ketua TP PKK Kecamatan Lembang, Hj. Maya Ekawati menyampaikan, bahwa sebetulnya ia mempunyai kegiatan Bimtek Posyandu di Hotel Nirwana, Desa Cikole. Namun, ia juga harus menghadiri pelaksanaan serah terima bayi dengan pihak kepolisian dan Dinas Sosial.
“Dikarenakan pada hari ini saya juga mempunyai janji berkoordinasi dengan pihak Kepolisian, Dinas Sosial KBB juga Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, dimana pada hari ini kami sudah membuat berita acara yaitu dari Kepolisian tentang penyerahan bayi yang kita temukan di Desa Pagerwangi. Jadi, saya harus izin meninggalkan kegiatan Bimtek Posyandu,” katanya.
Dalam konfirmasinya, Hj. Maya membenarkan bahwa bayi ini kedua kalinya ditemukan oleh masyarakat di wilayah Kecamatan Lembang, tepatnya di Desa Pagerwangi, pada Sabtu (14/2/2024) pagi.
“Iya betul sekali, ini bayi kedua yang kami temukan. Dengan bayi pertama jaraknya itu hanya tiga hari,” imbuhnya.
Untuk bayi pertama berjenis kelamin perempuan, sambung Hj. Maya menjelaskan, kita menemukannya itu di Desa Langensari pada pagi hari tanggal 11 Desember 2024 dalam kondisi memprihatinkan.
“Sempat mendapatkan perawatan khusus di RSUD Lembang, namun takdir berkata lain, bayi itu meninggal pada Kamis pagi tanggal 12 Desember 2024. Karena bayi itu meninggal, jujur saya tidak sempat berpikir serah terima atau bagaimana, saya hanya berpikir merawat, memandikan, mengkafani, menyolati dan juga memakamkan, itu saja. Kalau untuk surat kematian kami sudah dapatkan dari pihak RSUD Lembang, dan itu bisa sebagai bukti bahwa anak itu dinyatakan meninggal,” imbuhnya.
Lebih lanjut dipaparkan olehnya, kalau untuk bayi yang kedua ini pihaknya mengaku mendapatkan informasi bayi ini dalam kantong makanan yang tergantung di tihang listrik.
“Mungkin karena bayi ini, namanya orang hidup bergerak-gerak, kemungkinan kantong makanan itu tidak kuat ikatannya jadi jatuh, dan jatuh ke bawah itu ternyata ada beton di bawahnya itu, syukurnya tidak terluka. Alhamdulillah bayi ini luar biasa, kuat, hebat, cuman sempat mendapatkan perawatan juga di RSUD Lembang, karena anak ini juga butuh pernapasan tambahan supaya memacu pernapasannya lebih normal lagi, karena mungkin dingin, soalnya dibuangnya itu tengah malam,” terangnya.
Masih dengan Hj. Maya menuturkan, alhamdulillah sampai dilaksanakan acara serah terima bayi laki-laki tersebut sehat wal’afiat.
“Saat penyerahan dede bayi tadi disaksikan oleh Pak Camat, pihak Kepolisian, Dinsos KBB, UPT KB Lembang, alhamdulillah anak ini sehat luar biasa. Mudah-mudahan, selanjutnya dede bayi sehat selamanya,” imbuhnya.
Berdasarkan pantauan wartawan Jurnal Polisi News, penyerahan bayi laki-laki itu diserahkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dari Pemerintah Kecamatan Lembang menyerahkan kepada Kepolisian, kemudian dari Kepolisian menyerahkan kepada pihak Dinas Sosial untuk mendapatkan perlindungan.
Atas terjadinya peristiwa ini, Hj. Maya berharap kepada Pemerintah Daerah KBB agar wilayah yang belum tersedia fasilitas umum segera direalisasikan guna mengurangi tindak kriminal.
“Banyak wilayah di Kecamatan Lembang itu masih gelap, terutama tempat ditemukannya kedua bayi yang ditelantarkan oleh orangtua biologisnya, dan pihak kepolisian juga sempat mendapatkan kesulitan ketika melakukan penyelidikan kasus pembuangan bayi ini. Jadi saya berharap untuk Bandung Barat khususnya untuk Pak Pj Bupati atau Bupati Bandung Barat terpilih, saya mohon sekali agar sejumlah titik yang gelap dan sepi, khususnya Kecamatan Lembang agar segera dipasang PJU dan CCTV dikarenakan kenapa? ketika malam hari itu kalau tidak ada patroli siapa yang mau lihat? kecuali ada CCTV. Sekali lagi saya berharap kepada Pemda KBB khususnya Pak Pj Bupati atau Bupati terpilih, tolong khususnya di Kecamatan Lembang saya mohon sekali adanya CCTV dan PJU, karena memang wilayah teritorialnya seperti itu, dibeberapa titik Kecamatan Lembang ini banyak jalan rusak juga penerang jalan yang tidak mencukupi,” keluhnya.
Tak berhenti sampai disitu, melalui media ini, Hj. Maya juga memberikan saran kepada Dinas Kesehatan KBB dan Dinas terkait untuk mengadakan program tes urine kepada siswa-siswi di sekolah.
“Saya sempat berpikir untuk Bandung Barat khususnya Dinas Kesehatan dan BP3AKB KBB agar di adakan program sosial yang berkaitan dan berkenaan dengan masalah pembuangan bayi yang terjadi dua kali sekaligus. Saya berharap kedepannya itu, baik dari Dinas Pendidikan juga segera mengadakan program tes urine per tiga bulan atau per enam bulan untuk mengetahui dan mendeteksi anak-anak usia remaja itu, dia memakai narkoba atau tidak, dia hamil atau tidak, karena dengan itulah kita bisa mencegah adanya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti sekarang ini yang terjadi di Kecamatan Lembang,” tandasnya.
Ia pun bersama Camat Lembang merasa heran, ketika mengetahui kasus pernikahan dini di wilayah Kecamatan Lembang masih tergolong tinggi.
“Saya sangat miris sekali, ketika saya dan Pak Camat masuk di Kecamatan Lembang, pernikahan dini tinggi dan anak-anak itu tidak mementingkan untuk pendidikannya, karena masih ada bahasa atau mindset dari orangtua untuk apa sekolah kalau ujung-ujungnya perempuan mah enggak nikah pasti seperti itu, dan ada juga yang berpikiran anak-anak itu ingin mencoba. Nah, siapa tahu dengan di adakannya tes urine ini anak-anak tidak berani mencoba lagi, dan saya mohon sekali kepada Dinas terkait agar segera digalakkan juga razia-razia tas, Handphone supaya tidak terulang kembali kejadian seperti kemarin. Mudah-mudahan ketika di adakan razia, anak-anak itu akan berpikir, bahwa tidak bisa main-main lagi sekarang sekolah, karena kasihan juga atas nama sekolah akan cacat, yang kedua mungkin nama wilayah tercoreng-moreng dengan perilaku anak-anak di zaman sekarang atas pergaulan bebas, kemudian yang terakhir masa depan si anak tersebut,” jelasnya.
Ditemui wartawan Jurnal Polisi News diruangannya, Camat Lembang Drs Bambang Eko Setyowahjudi menambahkan, bahwa sebenarnya kewajiban dari Pemerintah Daerah untuk memasang CCTV di tempat-tempat yang sepi, di tempat yang diduga bisa dapat dijadikan tempat pelaku kriminal beraksi.
“Harapan kita kedepan, tempat-tempat yang seperti itu seyogyanya dipasangi CCTV untuk menjaga. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tak diinginkan di lokasi gelap dan sepi yang terindikasi bisa dijadikan tempat beraksinya tindak kriminal,” ujarnya.
Bambang Eko menegaskan, kejadian ini bisa menimpa siapapun dan bisa siapa saja.
“Harapan ke depan khususnya kepada kita semua, khususnya pada kader-kader dilapangan, apa itu kader Posyandu, kader Dasawisma, kader PKK yang dilapangan agar lebih sensitif terhadap ilmuwannya terutama juga kepada pengurus RT, RW untuk mengamati kondisi masyarakatnya. Karena Pemerintah memiliki keterbatasan dalam hal itu, kita harapkan bahwa setiap kader dan masyarakat, pengurus di kewilayahan RT RW semuanya agar mengamati kondisi perubahan yang ada di warganya masing-masing,” himbaunya.
Keduanya itu, lanjut Bambang Eko mengatakan, pihaknya meminta kepada Kepala Sekolah dan jajarannya termasuk guru-guru agar lebih memperhatikan murid-muridnya.
“Terutama murid wanita yang dicurigai atau diduga mengalami perubahan fisik atau perubahan secara mentalnya yang dikhawatirkan terjadinya kehamilan karena seperti ini, yang tidak diharapkan. Tapi, terus terang ini bisa menimpa siapapun juga,” pungkasnya.
Perlu diketahui, bayi laki-laki ini merupakan bayi kedua yang terlantar atau di buang oleh orangtua biologis yang ditemukan warga di Desa Pagerwangi dengan jarak waktu beberapa hari setelah penemuan bayi perempuan di Desa Langensari.
Namun naas, bayi pertama berjenis kelamin perempuan itu tak dapat diselamatkan usai mendapatkan penanganan khusus di RSUD Lembang.
Hal menarik, saat ini semakin sering di media masa cetak dan elektronik mempublikasikan tentang bayi yang dibuang. Sebuah fenomena dengan semakin banyaknya kasus ini.
Buah bibir masyarakat menyebut, seperti apa yang ada di benak orangtua biologis bayi tersebut dengan tega membuang bayi begitu saja.
Kejadian yang lebih tega seringkali tak luput dari liputan berita. Aborsi tanpa indikasi medis dan banyak kasus membunuh bayi oleh kedua orangtua biologis.
Muncul pertanyaan, apakah ada yang tidak benar dibagian mana dalam sistem tatanan sosial di masyarakat kita? Apakah ada yang tidak benar dibagian mana pranata hukum kita? Sehingga banyak di Indonesia bermunculan kasus tersebut.*(DRIV).
RED – TIM INVESTIGASI