PPWI Nasional Gelar Diklat Jurnalistik
Jakarta – jurnalpolisi.id
Dalam rangka meningkatkan keterampilan jurnalistik, Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Nasional menggelar diklat jurnalistik tingkat advance (mahir) bagi editor, publisher, pimpinan redaksi. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui kelas online (Google meet), pada Sabtu, 16 November 2024, pukul 09.00 – 12.00 wib, diikuti beberapa peserta dari Jembrana, Karawang, Lampung Timur, dan Sanggau.
Diklat ini bertujuan agar pewarta memiliki keterampilan jurnalistik yang baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi, yaitu menulis dan membuat berita, termasuk keterampilan berbahasa lainnya seperti menyimak berita, membaca dan menelaah berita, serta membacakan atau menyampaikan berita. Dengan keterampilan jurnalistik yang baik maka seorang pewarta diharapkan memiliki kemampuan berpikir kritis dan analitis dengan mengkaji informasi-informasi yang telah ia dapatkan untuk disajikan kepada masyarakat dengan bentuk yang sudah layak saji.
Jurnalistik adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan berita yang dilakukan oleh jurnalis. Jurnalis kemudian mengolah berita yang telah dikumpulkan dan disajikan kepada masyarakat luas melalui publikasi di media massa. Dalam hal ini ilmu jurnalistik tentunya sangat penting dikuasai oleh seorang jurnalis sebagai dasar untuk menyajikan berita yang layak dan mudah dimengerti oleh masyarakat.
Diklat jurnalistik kali ini dibuka pada pukul 09:00 oleh narasumber diklat yang juga sebagai Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke. Dalam paparannya, Wilson menyampaikan bahwa dalam penulisan sebuah artikel atau berita mesti mengikut ketentuan penulisan kalimat yang baku, yaitu terdiri dari Subjek, Predikat, Objek dan Keterangan (SPOK). Ketentuan penulisan karya tulis dalam jurnalistik harus sesuai urutan penulisan kalimat seperti ini.
Lebih lanjut, Wilson mengulas tentang penulisan judul sebuah berita yang mesti seringkas dan sesederhana mungkin. Judul juga merupakan tema untuk berita tersebut. Standar umum penulisan judul maksimal berisi 12 kata. Semakin ringkas judul tersebut akan semakin baik, dengan ketentuan pembaca bisa memahami maksud dari judul tersebut.
Selanjutnya, dalam sebuah paragraf mesti mengandung minimal 2 kalimat. Paragraf yang berisi terlalu banyak kalimat juga kurang efisien. Karena biasanya akan banyak terdapat pengulangan kata dan frasa dalam kalimat-kalimat tersebut.
Dalam penulisan berita, penggunaan kalimat langsung dan tidak langsung itu menyesuaikan dengan proses saat seorang pewarta mendapatkan berita tersebut. Contohnya, ketika mendapat berita press release, penulis biasanya menggunakan kalimat tidak langsung. Tentunya akan berbeda ketika si pewarta menyampaikan sebuah berita secara langsung di tempat kejadian atau pelaksanaan kegiatan, dan melakukan wawancara kepada seorang atau beberapa sumber, maka dia dapat menggunakan pola penulisan kalimat langsung.
Seorang pewarta atau penulis harus kaya dengan kosa kata agar tidak timbul kejenuhan dari pembaca. Semakin banyak kosa kata yang dikuasai, maka akan semakin baik penulisan itu. Meski terdapat pengulangan makna, namun karena dituliskan dengan kosa kata yang berbeda maka akan membuat tulisan itu menarik dan tidak membosankan.
Materi berikutnya yang disampaikan narasumber adalah tentang penulisan preposisi atau kata depan ‘di’ dan ‘ke’ dan cara membedakannya dengan awalan ‘di’ dan ‘ke’. Jika kata yang mengikutinya adalah kata benda, kata sifat dan kata keterangan, maka penulisannya harus dipisah. Contoh: di sekolah, ke sekolah, di langit, ke langit, di siang hari, ke siang hari, di saat matahari terbenam, ke malam hari, dan lain-lain.
Sebaliknya, apabila kata yang mengikutinya adalah kata kerja, maka penulisannya harus disambung. Contoh: dimakan, dijalankan, dimaafkan, kemaafan, diputus, diputuskan, keputusan, dicurangi, kecurangan, dan lain-lain.
Meskipun terdapat ketentuan baku dalam penulisan, namun dalam beberapa hal yang tidak bersifat prinsip, akan kembali pada masing-masing penulis. Masing-masing penulis memiliki gaya penulisan sendiri yang menjadi ciri khas dari si penulis itu sendiri.
Pada diklat tersebut, peserta diberikan latihan menganalisis sebuah artikel yang ditulis seorang pewarta dari PPWI Sumatera Selatan. Dalam tulisan atau berita itu ditemukan beberapa kekeliruan penulisan, baik dari sisi struktur kalimat maupun ejaan dan penggunaan tanda-tanda baca. Praktek menyunting artikel rekan dari Sumsel tersebut menjadi pembelajaran yang bagus bagi peserta diklat dalam meningkatkan kemampuan editing tulisan di kemudian hari.
Sebelum diklat berakhir pada pukul 12:00 wib, yaitu 30 menit sebelum penutupan, para peserta diminta menuliskan artikel tentang pelaksanaan diklat jurnalistik yang sedang berlangsung melalui online ini. Artikel karya masing-masing peserta harus berisi berbagai hal yang didapatkan selama diklat, salah satunya untuk mengetahui sejauh mana peserta diklat memahami materi yang telah disampaikan. (TOMI/Red)