Sampah Berserakan Usai Acara “Kopi ABC Jalan Sehat 1000 Langkah”: Bukti Lemahnya Pengelolaan Acara

Padangsidimpuan, jurnalpolisi.id

Setelah berakhirnya acara “Kopi ABC Jalan Sehat 1000 Langkah” di Alaman Bolak, Kota Padangsidimpuan, pada Minggu (07/10/2024), area yang seharusnya menjadi pusat kebanggaan warga tersebut berubah menjadi Tumpukan sampah.

Plastik dan sachet kopi ABC berserakan di sekitar lokasi, mencerminkan buruknya manajemen kebersihan dalam acara tersebut. Acara yang seharusnya mempromosikan gaya hidup sehat, ironisnya malah menyisakan masalah lingkungan serius.

Warga sekitar, termasuk Harahap, mengungkapkan kekecewaan mendalam atas pemandangan yang memprihatinkan itu.

“Ini memalukan. Kota ini seharusnya bisa menjaga citra bersih dan tertib, tapi justru kotor seperti ini. Alaman Bolak adalah tempat ikon kota, dan dengan adanya sampah yang berserakan, nilai estetikanya sangat berkurang,” kritiknya.

Yang menjadi sorotan adalah lemahnya pengelolaan acara, terutama dalam hal penanganan sampah. Acara sebesar ini seharusnya sudah memiliki sistem yang terorganisir untuk memastikan kebersihan lokasi baik selama maupun setelah acara selesai.

Namun, faktanya, sampah berserakan dan mengotori Alaman Bolak. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang komitmen penyelenggara terhadap tanggung jawab lingkungan.

Heru, perwakilan dari Event Organizer (EO) Next Formasi, yang mengadakan acara tersebut, memberikan tanggapan yang seolah meremehkan situasi ini.

“Proses pembersihan sedang berjalan, hanya saja tertunda karena panggung belum selesai dibongkar,” ujarnya.

Namun, jawaban ini tidak cukup meyakinkan, mengingat sampah yang berserakan menunjukkan adanya pengabaian kebersihan selama acara berlangsung.

Pernyataan bahwa “tidak ada masalah” hanya menambah kekhawatiran masyarakat akan minimnya perhatian serius dari pihak penyelenggara.

Isu sampah tidak bisa dianggap sepele, terlebih dalam acara besar yang melibatkan banyak peserta. Meskipun Heru mengklaim telah membayar petugas kebersihan, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa manajemen pembersihan gagal memastikan lokasi tetap terjaga.

Penundaan proses pembersihan hanya memperburuk kondisi, dan hal ini bisa berdampak pada citra Kota Padangsidimpuan sebagai kota yang peduli lingkungan.

Warga Padangsidimpuan berharap agar pemerintah kota segera turun tangan dan menegaskan aturan terkait pengelolaan sampah dalam setiap acara besar. Mereka juga menginginkan adanya sanksi tegas bagi penyelenggara acara yang lalai, sehingga kejadian serupa tidak terulang kembali di masa depan.

“Jangan hanya fokus pada euforia acaranya, tetapi tanggung jawab setelah acara juga harus diutamakan. Kalau begini terus, citra kota ini akan rusak,” ujar Harahap tegas.

Acara besar seperti ini seharusnya menjadi momentum bagi penyelenggara untuk menunjukkan keseriusan dalam menjaga kebersihan dan lingkungan. Namun, dengan adanya sampah yang berserakan pasca-acara, jelas menunjukkan kurangnya perencanaan matang dalam pengelolaan pasca-kegiatan. Tanggung jawab terhadap lingkungan tidak bisa ditunda atau diabaikan, karena dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat.

Pemerintah Kota Padangsidimpuan diharapkan mengambil langkah konkret dengan memperketat pengawasan dan memberikan panduan yang lebih jelas bagi penyelenggara acara dalam hal penanganan sampah.

Penundaan pembersihan atau pengabaian terhadap kebersihan tidak boleh lagi menjadi norma dalam setiap kegiatan yang melibatkan publik. Apabila tidak ada perubahan, kota ini bisa kehilangan daya tariknya sebagai tempat yang bersih dan nyaman untuk dikunjungi (P.Harahap)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *