Ini Salah Satu Kandidat Bakal Calon Bupati Bandung Barat Paling Berpengaruh Dari Partai Gerindra

Juli 14, 2024

BANDUNG BARAT, jurnalpolisi.id

Hiruk pikuk Pilkada Bandung Barat semakin menghangat. Banyak bermunculan calon kandidat yang meramaikan pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Dalam kesempatan kali ini, Jurnal Polisi News berhasil melakukan wawancara eksklusif dengan salah satu bakal calon Bupati Bandung Barat di Pilkada 2024, yakni M. Arief A. Bisma, STP., MM.

Perlu diketahui, Arief Bisma merupakan Kader Partai Gerindra yang mengikuti penjaringan dan mengikuti fit and proper test yang dilakukan oleh DPC Partai Gerindra KBB.

Di Pilkada tahun 2024 ini, Arief Bisma termasuk salah satu bakal calon Bupati Bandung Barat paling berpengaruh.

Dilansir laman Pikiran Rakyat Jabar, Arief Bisma menduduki posisi pertama kandidat bakal calon Bupati Bandung Barat 2024 yang memiliki pengaruh kuat.

Arief Bisma telah menjabat sebagai Staf Ahli DPR-RI Fraksi Gerindra sejak 2010 hingga saat ini di Senayan, Jakarta. Sebelum 2010, ia pernah menjadi Staf Ahli di Fraksi Golkar dan Staf Ahli di DPD-RI.

Pada Pemilu 2024, Arief Bisma ditugaskan sebagai Tim Asistensi Bappilu DPP Partai Gerindra di Bandung Barat.

Selama masa penugasan di Pilpres, ia bersama masyarakat Bandung Barat membentuk Komunitas Prabowo Bandung Barat (KP-BB) untuk mendukung perjuangan Prabowo-Gibran.

“Sebenarnya saya kaget juga membaca berita itu. Mungkin PR (Pikiran Rakyat) melihat dukungan dan semangat rekan-rekan Relawan Pak Prabowo, sehingga menilai seperti itu. Tapi Alhamdulillah, saya mensyukurinya bahwa masih ada sedikit kepercayaan masyarakat terhadap misi perjuangan kita di pilkada ini,” ujar Arief Bisma, Minggu (14/7/2024).

Saat dikonfirmasi bagaimana proses sehingga dia bisa masuk ke Pilkada KBB dan mengikuti penjaringan Bakal Calon Bupati di DPC Gerindra KBB, Arief Bisma mengatakan bahwa tidak ada rencana sebelumnya untuk ikut di Pilkada KBB.

“Semuanya mengalir begitu saja. Kebetulan waktu Pilpres, saya ditugaskan oleh Bappilu DPP Partai Gerindra menjadi Tim Asistensi atau Tim Juang Pilpres. SK Tim Asistensi ditandantangani oleh Pak Prof Sufmi Dasco Ahmad sebagai Ketua Bappilu DPP Gerindra. Saya mendapat penugasan di Bandung Barat.
Karena saya suka berorganisasi, disela-sela penugasan sebagai Tim Asistensi, saya banyak ketemu tokoh-tokoh masyarakat KBB yang mendukung Pak Prabowo, kita diskusi-diskusi, saya usulkan mungkin baiknya kita buat wadah atau organisasi Relawan untuk PRABOWO-GIBRAN biar perjuangan Pilpres kita lebih terorganisir. Syukur-syukur jika ke depannya, organisasi ini bisa menjadi wadah perjuangan untuk kepentingan masyarakat, khususnya pendukung-pendukung Pak Prabowo di Bandung Barat. Masyarakat menyambutnya dengan baik. Berdirilah organisasi relawan itu. Kita sepakati namanya Komunitas Prabowo Bandung Barat, disingkat KPBB,” jelasnya.

Singkat cerita, sambungnya memaparkan, setelah Pilpres rekan-rekan di KPBB mendorong saya maju di Pilkada KBB.

“Alasannya, biar berkesinambungan perjuangan Pilpres dan Pileg. Harapannya, program Pak Prabowo terlaksana baik di daerah sehingga pendukung-pendukung Pak Prabowo di Bandung Barat bisa merasakan program Pak Prabowo yang sudah terpilih menjadi Presiden,” ucapnya.

Bagaimana tanggapan Arief Bisma terhadap aspirasi dan dorongan Relawan KPBB?

“Waktu itu saya kaget juga dan berpikir cukup lama. Karena tidak ada rencana saya ikut-ikutan di Pilkada ini. Yang saya pikirkan, wah bisa pusing kita ini kalo maju jadi kandidat. Maju Bupati itu, banyak biayanya. Saya tidak punya uang untuk itu. Jadi, saya sampaikan sama rekan-rekan di KPBB. Benar bahwa kita tetap harus berjuang di Pilkada ini, agar keringat, kerja keras dan harapan Bapak/Ibu selama Pilpres bisa tetap diperjuangkan jika Pilkada dimenangkan. Tapi bagusnya kita cari figur lain, jangan saya. Saya tidak punya uang untuk itu,” imbuhnya.

Terus mengapa Arief Bisma berubah pikiran?
“Saat itu kita sudah kesana kemari, mencari figur yang mau melanjutkan misi perjuangan kita di Pilpres. Atau misi KPBB lah. Tapi tidak ketemu. Sebenarnya ada, tapi tidak perlu diceritakan disini. Sehingga kita bilang, tidak ketemulah. Maksudnya saya waktu itu, biar figur ini yang menjadi calon Bupati dan kita perjuangkan untuk menang, sehingga beban moral saya pada relawan-relawan yang telah berjuang keras selama Pilpres, pindah ke dia,” katanya sambil tersenyum.

Lalu, setelah tidak ketemu dengan figur yang tepat menurut KPBB, Arief Bisma langsung menerima tawaran Relawan KPBB?

“Belum juga. Saya minta waktu seminggu lah untuk memutuskan. Saya bilang, saya perlu mencari informasi dan berkordinasi dengan senior-senior dan teman-teman terhadap dorongan atau situasi ini. Nanti kita rapat dan bahas bagaimana kesimpulannya,” pungkasnya.

Apa yang terjadi setelah seminggu itu?

“Waktu itu, kita rapatnya beberapa hari setelah lebaran Idul Fitri. Saya sampaikan, informasi yang saya dapatkan, bahwa semua Partai termasuk Gerindra memprioritaskan Kadernya untuk menjadi Kepala Daerah. Tapi itu bukan syarat satu-satunya. Yang paling penting adalah bagaimana peluangnya untuk menang. Nah, untuk menang, selain dukungan dan semangat dari Bapak atau Ibu, ini membutuhkan pendanaan. Bukan untuk Money Politic, tapi pembiayaan operasional pemenangan,” terang Arief Bisma.

Lanjut disampaikan olehnya, yang kedua saya bilang, saya sudah ketemu sama teman-teman dan senior-senior yang sudah mapan.

“Yang sejak mahasiswa sudah dekat, dan mereka sudah mapan saat ini. Mereka bilang, Jika Arief Bisma yang direkomendasi dan diusung oleh Gerindra, mereka siap urunan untuk bantu biaya pemenangannya. Mungkin mereka semangat mau membantu, karena selain kita berteman dan bersahabat, saya adalah Kader Gerindra. Kader Partainya Presiden Terpilih..Mungkin ada maksud tambahannya diluar pertemanan saya sama mereka karena Pak Prabowo yang menang,” tutur Arief Bisma.

Jadi saya bilang, nah sekarang mari kita putuskan. Kita maju atau tidak? Tapi konsekuensinya saya bilang pada saat itu, kalau kita tetap maju, sampai diputuskan apakah kita yang direkomendasikan atau bukan, maka perjuangan kita seperti perjuangan kita waktu pilpres.

“Kita adalah Relawan, yang tetap semangat berjuang semampu yang kita bisa lakukan. Kita tidak punya biaya operasional, karena saya tidak punya uang untuk itu.
Nah begitulah Kang kira-kira prosesnya, yang berjalan sampai hari ini,” tandasnya.

Jadi Relawan-Relawan itu bergerak, apakah tidak biayai?

“Tidak Kang. Karena dari awal saya sudah sampaikan sama teman-teman KPBB. Saya tidak punya uang untuk proses ini. Tapi kita mencoba menjalaninya, melakukan apa yang kita bisa,” tegasnya.

Tapi banyak video-video yang beredar, Arief Bisma cukup aktif berkumpul dan bertemu relawan atau sosialisasi. Itu darimana biayanya?

“Itu dari teman-teman Relawan sendiri yang menginisiasi pertemuan dan konsolidasi itu. Membiayai makan minumnya. Datang dan pulang tidak ada pengganti bensinnya. Bahkan ada beberapa karena melihat banyak baliho calon lain, sementara Arief Bisma tidak ada balihonya, mereka bikin dan cetak sendiri baliho. Ada foto Pak Prabowo dan foto Arief Bisma. Ini kadang-kadang yang membuat hati kita terenyuh. Terlalu banyak pengorbanan mereka. Dari waktu, tenaga, pikiran sampai materi,” ujarnya.

Padahal berulang kali kita sampaikan, untuk saat ini, sampai ada keputusan resmi dari DPP, tidak usah dulu melakukan sesuatu yang membuat Bapak atau Ibu berkorban materi.

“Kita cukup melakukan sosialiasi melalui media sosial. Aktivitas kita sehari-hari yang selama ini bermedia sosial, kita gunakan untuk perjuangan politik. Jadi tidak mengganggu juga aktivitas sehari-hari. Hampir semua kan punya WhatsApp. Tidak ada pilpres atau pilkada, kita tetap aktif chattingan di WhatsApp. Jadi dimomentum perjuangan pilkada ini, aktivitas sehari-hari kita, kita barengi dengan sosialisasi politik melalui aplikasi WhatsApp,” jelasnya.

Katanya tadi teman-teman dan senior-senior Arief Bisma yang sudah mapan itu, siap membantu. Jika kekurangan biaya, mengapa tidak minta?

“Saya ini tidak biasa meminta Kang. Yang kedua, yang paling saya hindari adalah muncul penilaian bahwa Arief Bisma ini ingin mencari uang di proses Pilkada ini. Belum pasti jadi calon, sudah minta-minta uang sana-sini. Pasti anggapannya orang, ini untuk keperluan pribadi.
Karena kan banyak kita dengar, banyak orang berpolitik atau jadi calon untuk kepentingan cari uang. Hal-hal begini yang akan merusak kepercayaan dan merusak misi perjuangan kita. Jadi saya memilih, tidak apa-apa dicibiri orang sebagai bakal calon bupati yang tidak punya uang, daripada dinilai dan dianggap menggunakan kesempatan jadi bakal calon bupati untuk cari uang,” tutupnya sambil tersenyum kembali.

DRIVANA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *