Ini Sangat Serius, Warga Kritik Pemerintah Desa Cibodas Lembang Lewat Video Soal Krisis Air Bersih, Begini Katanya

BANDUNG BARAT, jurnalpolisi.id

Dampak kemarau panjang benar-benar menjadi persoalan serius bagi Pemerintah. Selain mengakibatkan kekeringan, krisis air bersih juga dirasakan oleh sebagian masyarakat di Provinsi Jawa Barat.

Sebagaimana yang terjadi di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), sebagian warga mengaku kesulitan mendapatkan air bersih.

Hal itu diketahui berdasarkan video berdurasi satu menit dua detik yang diterima Jurnal Polisi News dari narasumber yang enggan disebutkan namanya, pada Kamis (23/11/2023).

Dalam video singkat tersebut, seorang warga yang identitasnya tak ingin diketahui mengungkapkan kekesalan dan kekecewaannya terhadap Pengelolaan Air Bersih (PAB) di Desa Cibogo.

“Inilah bukti kebobrokan dan ketidakbecusan pengelola air bersih daerah Cibodas, Maribaya. Desa Cibodas, Maribaya sudah berulang-ulang kami mengharapkan air bersih tak pernah ada. Hanya orang-orang yang mampu, orang-orang tertentu, orang-orang yang berduit baru dia menikmati air bersih yang ada di Desa Cibodas,” cecarnya.

“Kalau orang-orang miskin seperti kami, ngomong saja sudah berpuluh-puluh kali berat, sesekali gak pernah didengarin. Tapi kalau orang berduit, orang kaya, orang terhormat, ngomong satu kali saja, satu hari, atau satu jam, satu detik saja langsung didengerin, air langsung keluar. Inilah bukti kebobrokan Badan Pengelola Air Bersih (BPAB) Desa Cibodas, Terimakasih,” tuturnya.

Dihari yang sama, Jurnal Polisi News mendatangi Kantor Desa Cibodas. Diawal konfirmasi Kepala Desa Cibodas, Dindin Sukaya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Jurnal Polisi News yang telah memberikan informasi terkait keluhan warganya.

“Terima kasih ke rekan media, luar biasa dari tadi disampaikan video, hal yang wajarlah kalau warga masyarakat ketika ada kekurangan, bicara keluhan air dan memang untuk tahun ini saya akui, air itu sangat kurang. Selain debit air menurun juga, air tersebut lewat ke kebun-kebun warga, kadang-kadang ada yang membolongin di lokasi kebun, karena Cibodas tuh tidak memiliki mata air, tidak memiliki jalan air, sehingga air itu lewat ke kebun orang, ke tengah-tengah kebun, sehingga sulit lah untuk mengantisipasinya mengatasinya seperti itu,” jelasnya.

Atas adanya keluhan tersebut, Dindin mengatakan, tahun depan Pemerintah Desa Cibodas akan mengalokasikan beberapa titik sumur bor untuk mengantisipasi agar tidak terjadi lagi krisis air bersih diwilayah pemerintahannya seperti tahun ini.

“Memang tiap tahun, saat tahun kemarau itu suka terjadi, cuman tidak separah tahun ini di Cibodas. Sekali lagi, saya mohon maaf ke konsumen air yang ada di Desa Cibodas, akan saya sampaikan ke PAB, akan saya sampaikan langsung ke pengurus pengelola air bersih,” ucapnya.

Disindir Jurnal Polisi News terkait adanya dugaan tebang pilih dalam pemberian air bersih. Menurut Dindin sama aja, dan tak ada yang dibeda-bedakan.

“Mungkin karena kan kadang-kadang warga masyarakat itu kadang-kadang yang mampu bisa membuat sumur bor sendiri. Jadi ketika warga masyarakat yang lain tidak ada air sepertinya, kaya di.. oii orang kaya kenapa punya air, karena memiliki sumur bor, macam saya saja di situ kan punya sumur bor, bahkan disalurkan ke warga, dan saya juga udah instruksi melalui surat kepada para Ketua RW,” terangnya sedikit terbata-bata.

Pak RW tolong, sambung Dindin menuturkan, untuk dengan musim kemarau ini sangat kekurangan air, agar Pak RW bisa merekayasa air, baik sumur bor umum atau sumur bor milik pribadi, agar warga yang tidak memiliki air diberikan air.

Oleh sebab itu, Dindin juga berupaya bersama pihak PAB segera mengajukan untuk pemindahan jalur pipa air.

“Itu biayanya diperkirakan kurang lebih 3 sampai 4 miliar, itu untuk pemindahan jalur,” imbuhnya.

Lebih lanjut dikatakan oleh Dindin, kalau tidak dipindahkan, mungkin ke depan akan terus terjadi masalah seperti ini setiap musim kemarau.

“Jadi kalau jalur tidak melewati kebun warga, Insyaallah itu tidak akan terganggu air,” pungkasnya.

Diakhir wawancara eksklusif, Dindin Sukaya sebagai Kepala Desa menghimbau kepada warganya yang betul-betul tidak memiliki sama sekali air.

“Saya akan upaya, baik melalui dikirim, misalnya oleh toren, saya akan mengupayakan mobil, mobilnya ada, lapor kepada kami, kami akan mengupayakan, tetap. Karena warga itu adalah bagian daripada harus dilindungi oleh saya selaku Kepala Desa,” tuturnya.

Sementara, perwakilan pengelola air bersih yang diketahui bernama Aji, saat dikonfirmasi dikantornya mengatakan, bahwa kondisi air saat ini, kalau air tidak jalan betul.

“Karena memang debit airnya tuh sekarang itu sangat kurang, terutama di musim kemarau ini, kemarau ini agak panjang jadi memang debit air dari sumber airnya itu kurang. Kalau jumlah warga yang tidak teraliri betul, ada warga yang tidak bisa teraliri dengan tidak adanya debit air itu,” ujarnya.

Namun, pihaknya mengaku sudah menghitung jumlah warga yang tidak teraliri air.

“Kami sudah menghitung itu memang tidak keseluruhan, tidak keseluruhan warga tidak bisa teraliri. Kalau sampai sekarang itu sekitar ada 20%, 20% dari total konsumen itu yang memang rumah enggak bisa teraliri airnya karena tidak ada air,” imbuhnya.

Kalau terkait yang Rp20.000-, sambung Aji menuturkan, pembayaran setiap bulan itu memang saya juga dari dulu gitu ya, dari kondisi dari pengelolaan yang lama pun gitu.

“Jadi ada biaya beban dimana kalau pemakaian konsumen itu 0 sampai dengan 10 kubik per bulan, itu dikenakan 20.000-, jadi memang konsumen setiap bulan seperti itu. Nah, kemarin itu kita kasih kebijakan, apabila terutama pada saat bulan ini masih begitu ya, kita kasih kebijakan, apabila memang satu bulan penuh warga konsumen itu tidak mendapatkan air, maka yang Rp20.000-, itu kita bebaskan yang biaya beban Rp20.000-, setiap bulan itu,” jelasnya.

Dengan syarat, lanjutnya menambahkan, tapi kondisinya tadi, memang satu bulan ini tidak sama sekali teraliri atau mendapatkan air.

“Kalau masih ada, masuk, kan nanti itu tercatat kan di water meternya (alat pencatatnya), nanti itu bisa dilihat, kalau memang tercatat berarti mungkin ada (airnya). Entah itu dalam satu minggu tiga hari, atau mungkin dalam satu bulan hanya dua minggu, itu tercatat berapa kubik air yang terpakai,” tutupnya.

RED – INVESTIGASI
DRIVANA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *