Puncak Festival Literasi 2022 di Pendopo Sabha Swagata Banyuwangi

BANYUWANGI –  jurnalpolisi.id

Festival Literasi tahun 2022 yang digelar dalam acara puncak bertajuk puncak Festival Literasi di Pendopo Sabha Swagata Banyuwangi  Senin (12/11/22), dihadiri perwakilan komunitas Literasi dan Budaya di Kabupaten Banyuwangi dan sekitarnya.

Acara  yang digelar Perpustakaan Bank Indonesia Jember berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan Perpusnas Press menyelenggarakan kegiatan talkshow berjudul “Desa Adat Wisata, Peran Budaya dan Kearifan Lokal pada Pemulihan Ekonomi Lokal Daerah” dan soft launching buku “Merawat Tradisi, Merekam Jejak Budaya Osing Kemiren.

Semua komunitas literasi di Banyuwangi hadir dalan kegiatan dengan narasumber Dr. Pande Mada Kutanegara, ahli entografi kebudayaan. Yang juga Dosen Antropologi Budaya Universitas Gajah Mada Jogjakarta.

Komunitas Lentera Sastra Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi hadir  dalam kegiatan bergengsi dibidang literasi.
Ketua Lentera Sastra Syafaat menyampaikan bahwa dirinya mendapat undangan khusus dar BI Perwakilan Jember dengan menyertakan anggotanya.
“ada 10 anggota Lentera Sastra yang mendapat undangan by name dari BI Jember” ungkapnya.

Syafaat menyampaikan bahwa saat ini Komunitas Lentera Sastra telah diperhitungkan dalam perkembangan literasi di bumi Blambangan.
Dalam kesempatan tersebut, buku karya Lentera Sastra juga diserahkan kepada Bupati Banyuwangi.
Apresiasi setinggi tingginya disampaikan kepada para penulis dilingkungan Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani didepan peserta yang juga dihadiri beberapa ketua Desa Adat di Banyuwangi dan sekitarnya seperti dari Panglipuran Bali, menyampaikan terima kasih atas kegiatan yang dilaksanakan Bank Indonesia perwakilan Jember.

“kalau kita berbicara tentang literasi, pasti tentang naik kelas” ungkapnya.
Lebih lanjut Ipuk menyampaikan bahwa sebenarnya seni dan budaya telah lama tumbuh dan berkembang, namun jika tidak dikelola dengan baik, tidak akan menimbulkan perkembangan yang signifikan dibidang ekonomi.
“adat-adat yang luhur sangat mendasar disampaikan para leluhur yang ridak boleh hilang” ungkapnya.

Lebih lanjut isteri dari Menoan RB Abdullah Azwar Anas ini menyampaikan tentang kuliner yang ada di Kabupaten Banyuwangi, yang alami.
“dengan literasi, kita tidak hanya menikmati kuliner, namun mengetahui tentang prosesnya” ungkapnya lagi.
Ipuk berharap dengan literasi, budaya bisa  naik kelas.
“Semoga buku yang di lounching pada hari ini nantinya bisa dijadikan film” ungkap ipuk.

Kepala perwakilan BI Jember Yukon Aprinaldo menyampaikan bahwa kestabilan ekonomi bisa didasarkan kearifan lokal pada suatu wilayah, yang salah satunya adalah Desa Adat Kemiren yang mempunyai ciri khas dibidang budaya.
Terkait dengan buku yang diluncurkan pada kesempatan ini, Yukon Aprinaldo menyampaikan bahwa buku ini cukup lengkap sebagai salah satu referensi tentang Desa Kemiren.

“Kita menulis buku ini dari berbagai sumber, hingga ke Leiden” ungkapnya.
Lebih lanjut Kepala perwakilan BI Jember menyampaikan bahwa di Indonesia belum ditetapkan hari budaya yang mungkin bisa dimulai dari Banyuwangi. (syaf).

(Boby JPN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *