Semburan Lumpur Panas Rusak Lahan Warga di Mandailing Natal, Diduga Terkait Aktivitas PLTP Sorik Marapi

Mandailing Natal, jurnalpolisi.id

Belasan semburan lumpur panas muncul di Desa Roburan Dolok, Kecamatan Panyabungan Selatan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara.

Fenomena ini menyebabkan kerusakan pada lahan pertanian warga serta mencemari aliran Sungai Aek Roburan yang menjadi sumber air bagi empat desa.

Warga setempat menduga semburan tersebut berkaitan erat dengan aktivitas pengeboran proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) milik PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) yang berlokasi tidak jauh dari titik semburan.

Menurut keterangan warga, semburan mulai muncul setelah pengeboran dilakukan awal tahun ini.

“Dulu di sini hanya ada mata air panas kecil, biasa dipakai mandi. Tapi setelah pengeboran dimulai, tanah berubah jadi kawah lumpur dan semua pohon karet kami mati,” ujar Kahfi, 30 tahun, warga Roburan Dolok, Kamis (24/4).

Selain lahan karet, kualitas air Sungai Aek Roburan juga terdampak. Air sungai yang sebelumnya digunakan untuk keperluan sehari-hari kini berbau menyengat.

Petani setempat mengeluhkan hasil panen yang terus menurun sejak adanya aktivitas pengeboran.

“Kami sudah beberapa kali menyampaikan keluhan kepada pihak perusahaan, tapi tak ada tanggapan,” kata seorang warga lainnya.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Utara menyoroti peristiwa ini sebagai bentuk kelalaian perusahaan yang berulang.

Direktur Eksekutif WALHI Sumut menyatakan bahwa SMGP pernah terlibat dalam dua kasus sebelumnya, yakni insiden keracunan gas pada 2024 dan kebocoran gas yang menewaskan lima warga pada 2021.

“Perusahaan sudah memiliki rekam jejak buruk dalam pengelolaan proyek. Sampai saat ini belum terlihat bentuk pertanggungjawaban yang konkret atas kejadian-kejadian sebelumnya,” kata WALHI dalam pernyataan tertulis.

Ketua Ikatan Pemuda Madina, Tan Gozali, juga mengecam lambannya respons perusahaan. Menurutnya, semburan lumpur kini mulai terjadi di desa-desa sekitar dan memperluas dampak lingkungan.

“Ini bukan bencana alam biasa. Ini merupakan akibat dari eksploitasi panas bumi yang tidak terkendali,” ujarnya.

Wartawan Jurnalpolisi.id telah menghubungi pihak PT SMGP untuk dimintai keterangan terkait dugaan keterlibatan dalam semburan lumpur tersebut (Kamis 24/04/25), namun hingga berita ini diterbitkan, belum ada tanggapan resmi dari perusahaan.

Warga berharap adanya perhatian dari pemerintah daerah maupun pusat untuk segera melakukan investigasi dan memberikan solusi atas bencana ekologis yang terus meluas ini.

Mereka menuntut transparansi, pemulihan lingkungan, serta jaminan keselamatan atas aktivitas proyek ke depan (P.Harahap)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *