R.A. Dalby, S.Ag., S.Pd., M.H Kapolsek Ciledug Bentuk Tim Anti Tauran (TAT): Pendekatan Edukasi dan Pengawasan Berbasis Pengalaman di Lapangan

Ciledug – jurnalpolisi.id

Dalam upaya menciptakan lingkungan yang lebih aman dan kondusif, terutama bagi generasi muda, Kapolsek Ciledug R.A. Dalby, S.Ag., S.Pd., M.H., meluncurkan program strategis bertajuk Tim Anti Tauran (TAT). Program ini dirancang sebagai langkah pencegahan dini terhadap potensi aksi tawuran antar pelajar dan kelompok remaja yang kerap terjadi di wilayah Ciledug, Kota Tangerang.

Setiap kelurahan di bawah wilayah hukum Polsek Ciledug akan dibentuk tim khusus yang terdiri dari lima orang. Mereka akan dibekali rompi bertuliskan “Tim Anti Tauran”, sebagai simbol kehadiran masyarakat yang aktif dalam menjaga keamanan lingkungan. Tim ini akan berperan sebagai mata dan telinga aparat kepolisian, serta menjadi penggerak edukasi bagi para remaja dan pelajar di wilayah masing-masing.

Kapolsek R.A. Dalby menuturkan bahwa program ini lahir dari pengalamannya pribadi selama bertugas di berbagai wilayah rawan konflik. Ia merupakan putra daerah asal Makassar yang sejak kecil telah akrab dengan kondisi sosial yang keras.

“Saya lahir dan besar di Makassar, yang dulunya dikenal sebagai daerah dengan intensitas tawuran sangat tinggi. Tahun 1996 dan 1997 adalah masa-masa sulit, setiap hari bisa saja ada korban jiwa akibat tawuran,” kenangnya.

Menurutnya, saat itu senjata-senjata rakitan seperti ‘pakoro’ menjadi alat tempur yang mematikan. Alat tersebut dibuat dari tiang listrik yang dilas, diisi bubuk mesiu dan paku, lalu dinyalakan hingga meledak layaknya senjata peledak.

“Itu hanya salah satu dari banyak senjata rakitan yang digunakan dalam tawuran. Dari sana saya belajar bahwa masalah ini bukan soal kenakalan biasa, tapi sudah menyangkut nyawa dan masa depan anak-anak bangsa,” ujarnya tegas.

Saat menjabat Wakapolsek Tebet dan sebelumnya di Kebayoran Baru, Kapolsek juga menghadapi situasi yang serupa. Wilayah seperti Manggarai, kata dia, menjadi salah satu titik paling rawan tawuran antar kelompok pemuda di Jakarta Selatan.

“Tiap malam selalu siaga, tawuran bisa terjadi kapan saja. Pengalaman itulah yang saya bawa ke Ciledug agar bisa mencegah lebih awal, bukan menunggu korban,” katanya.

Kapolsek juga menyampaikan bahwa banyak dari pelaku tawuran, khususnya pelajar, hanya ikut-ikutan tanpa tahu tujuan.

“Mereka hanya mencari jati diri. Ironisnya, ada yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk membuat wilayah tidak kondusif, terutama demi melancarkan transaksi narkoba. Tawuran digunakan sebagai pengalihan perhatian,” jelasnya.

Selain itu, ia menyoroti peran media sosial sebagai faktor baru dalam merusak mental generasi muda.

“Ada anak-anak yang sengaja membuat konten tawuran untuk diviralkan, lalu mendapatkan penghasilan dari situ. Ini sudah melampaui batas dan harus direspons serius,” tambahnya.

Kapolsek Dalby tidak hanya berdiam di balik meja. Ia turun langsung ke lapangan untuk membubarkan perkumpulan remaja yang mencurigakan. Dalam satu momen, ia menegur langsung sekelompok anak muda yang berkumpul hingga larut malam.

“Saya tanya satu per satu asalnya dari mana. Saya katakan, ‘Nama kalian saya catat. Kalau ada tawuran terjadi, kalian yang pertama saya cari.’ Saya tegaskan bahwa ini wilayah hukum Ciledug, jangan buat keributan, apalagi jadi korban karena ikut-ikutan,” ujarnya dengan nada tegas.

Dalam rangka mendukung program TAT ini, Polsek Ciledug juga aktif melakukan edukasi secara menyeluruh. Sasarannya bukan hanya pelajar, tapi juga orang tua, tokoh masyarakat, organisasi kepemudaan, hingga ormas lokal. Tujuannya adalah membangun kesadaran kolektif untuk menjaga wilayah dari konflik horizontal yang tidak produktif.

“Edukasi kami berikan ke semua lapisan masyarakat. Kami ingin membangun pemahaman bahwa keamanan adalah tanggung jawab bersama,” jelas Kapolsek Dalby.

Tak hanya itu, ia juga menyinggung bahwa persoalan Ciledug bukan sebatas tawuran.

“Saat musim hujan, wilayah seperti Ciledug Indah dan Mencong juga kerap dilanda banjir. Jadi kita harus menjaga ketertiban, karena konflik sosial bisa memperparah kondisi darurat seperti banjir,” ujarnya.

Program TAT ini akan disambut baik oleh masyarakat dan tokoh-tokoh lokal. Beberapa kelurahan bahkan telah mengajukan pelatihan lanjutan agar anggota tim di lapangan mampu melakukan pendekatan persuasif dan deteksi dini secara efektif.

Dengan hadirnya Tim Anti Tauran, Polsek Ciledug berharap bisa menekan angka konflik sosial di wilayahnya, sekaligus memberi ruang bagi generasi muda untuk tumbuh dalam lingkungan yang aman, sehat, dan produktif.

Editor: Ismail Marjuki JPN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *