Musim Panen Tebu : Pesta Panen Diantara Penguasa Dan Lingkaran Indikasi Korupsi

Banyuwangi – jurnalpolisi.id

Sebenarnya musim giling adalah musim yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang terutama di sekitar pabrik gula,namun fenomena ini hanya berlaku pada masyarakat sekitar PG yang memilik Tebu Rakyat (TR).

Berbicara Komoditi tebu sangatlah menarik,dari pabrik gulanya (PG) sendiri, hingga tahapan proses pengolahan lahan sampai dengan proses tebang mempunyai angka angka yang bikin geleng geleng kepala.Hal ini menjadi menarik untuk kita bahas ,sebagai upaya pendidikan kepada masyarakat bahwa bisnis komoditi tebu sangatlah menjanjikan.

Korps Pemberantas Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Polri menetapkan dua orang sebagai tersangka kasus dugaan korupsi proyek di PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI. Dugaan korupsi itu terkait proyek pengembangan dan modernisasi Pabrik Gula Djatiroto PTPN XI terintegrasi engineering, procurement, construction and commissioning (EPCC) pada 2016.

Salah satu Direktur Hubungan Kelembagaan di PT SGN (Sinergi Gula Nusantara) Aris Toharisman (Eks Mantan Direktur PT SGN) sebagai tersangka terkait hal diatas. Hal ini menandakan bahwa disetiap PG (Pabrik Gula) milik PT. Perkebunan Nusantara III – Holding terdapat bilahan bilahan angka didalam manisnya tebu.

Hal ini terkadang kita pesimis atas swasembada gula ditahun 2028 sesuai arahan Presiden Prabowo, baru baru ini Menteri Koordinator Bidang Pangan dalam sambutannya di acara Kickoff Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Launching Program MANIS (Menuju Swasembada Gula Nasional) yang dilaksanakan di PG. Jatiroto Kab. Lumajang, Zulkifli Hasan menyampaikan swasembada pangan dalam tempo yang sesingkat – singkatnya.

Terkait swasembada gula Indonesia bisa sangat terjadi, bila petinggi petinggi BUMN perkebunan berkata jujur dan menyatakan fakta sebenarnya dilapangan. Namun sampai hari ini indikasinya mereka hanya menyampaikan sebatas retorika belaka dalam seminar seminar publik serta di depan anggota Komisi VI DPR RI ,dengan nilai nilai perhitungan saja tanpa bukti real nilai keuntungan selama bertahun tahun.

Kenapa angka angka yang menjadi nilai keharusan yang harus tercipta dalam sebuah pencapaian tujuan utama,kendati nilai nilai tersebut sesungguhnya hanya sebuah tercapainya sisi nilai adminstrasi belaka ,namun dari sisi cash flow hanya nilai kerugian yang terjadi.

Kita melihat bahwa tebu Sendiri/TS (Milik BUMN) akankah memenuhi standar hasil yang diperoleh dan mempunyai nilai keuntungan, faktanya kita lihat hanya dipermukaan kelihatan tertata rapi ,akan tetapi faktanya tidak terpelihara dengan baik sesuai tahapan tahapan ,sebab PT SGN diduga tidak mempunyai batas kemampuan finance untuk melakukan sesuai standar pola pemeliharaan tanaman tebu.

Lantas siapakah yang diuntungkan ? Dalam hal ini.!!!!

Semua petinggi PG BUMN (PT SGN) mulai bersorak gembira atas datangnya musim panen,akan tetapi bagaimana dengan masyarakat sekitar PG??, mereka hanya bisa melihat dan merasakan dampak pahitnya belaka,tetapi mereka tidak pernah merasakan manisnya tebu sesungguhnya.

Masyarakat hanya tertuang sari peranan Tebang Muat Angkut (TMA) yang indikasinya dikuasai oleh oknum pemain lama, terkadang pemenang Tender TMA hanya beda nama dan perusahaan ,akan tetapi pemenang utamanya adalah pemain lama itu sendiri.Lantas kapan masyarakat Sekitar bisa merasakan manfaatnya.!!!

Hal ini menandakan bahwa manisnya tebu tidak semanis Hasilnya bagi masyarakat,yang merasakan manisnya hanya oknum oknum penguasa .

“Andi Amran Sulaiman. Ia berharap pada 2028 dapat tercapainya swasembada gula konsumsi di Indonesia dan pada 2030 tercapainya swasembada gula baik konsumsi dan industri. “Ini tidak bisa dilakukan sendiri, harus bersama-sama agar ketersediaan dan keberlanjutan komoditas tebu maupun kebutuhan gula Indonesia aman terkendali yang berujung pada kesejahteraan petani,” harap Mentan.

“Semua pabrik gula diharapkan dapat berkomitmen dan sepakat untuk mencapai target produksi gula konsumsi pada tahun 2028 sehingga dapat menekan importasi gula mentah dalam menutupi defisit gula kristal putih saat ini.”

Semoga hal ini menjadi perubahan serta kejujuran bagi semua petinggi BUMN Perkebunan Nusantara,sebab hanya dengan fase nilai nilai belaka tidak akan berbanding lurus dengan hasil.Terbukti dengan framing angka angka masyarakat/Karyawan Perkebunan kehidupan tidak berbanding lurus justru terbalik.(Boby)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *