Menggali Makna Soempah Pemoeda Menuju Peradaban Baru dari Bumi Nusantara
Bengkalis – jurnalpolisi.id
Pada 96 tahun silam, tepatnya 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia dengan penuh kesadaran menyatakan sumpah mereka yang kini dikenal sebagai Soempah Pemoeda. Dalam peristiwa bersejarah tersebut, mereka bersumpah untuk satu tumpah darah, yaitu tanah air Indonesia; satu bangsa, yakni Bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Makna terdalam dari sumpah ini — jauh sebelum kemerdekaan Indonesia — telah mencerminkan kesadaran dan tekad pemuda Indonesia untuk bersatu, berjuang, dan berdedikasi bagi tanah air yang satu.
Kesadaran akan tekad bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu ini membuktikan bahwa semangat merdeka telah tertanam sebagai tekad bersama segenap pemuda Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara. Nilai-nilai ini kemudian terwujud dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang berakar pada falsafah bangsa Indonesia dan dituangkan dalam sila-sila Pancasila.
Hari ini, makna dari semangat persatuan bangsa yang sudah terpancang sejak 96 tahun lalu menjadi lebih relevan untuk direnungkan kembali. Indonesia tengah menapaki jalan menuju kemerdekaan yang sejati, yakni kemerdekaan dari kemiskinan dan kebodohan, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Indonesia pun menatap ke depan, menuju visi besar “Indonesia Emas” pada tahun 2045, satu generasi lagi dari saat ini, untuk mewujudkan cita-cita kesejahteraan lahir dan batin.
Menuju Indonesia Emas 2045, masa yang tersisa adalah sekitar dua dekade lagi, periode di mana generasi penerus yang sedang menempuh pendidikan tinggi dari berbagai bidang ilmu akan memegang kendali. Tidak cukup hanya mengandalkan kecerdasan intelektual semata; pemuda Indonesia harus membangun peradaban yang berkepribadian luhur untuk tampil di era global. Mereka akan dihadapkan pada berbagai tantangan baru seiring perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang terus berkembang dan memengaruhi setiap aspek kehidupan manusia di bumi.
Semangat dan etos Sumpah Pemuda pada 96 tahun silam mengisyaratkan betapa pentingnya persatuan dan kebersamaan untuk meraih keunggulan di berbagai bidang demi kemaslahatan umat manusia. Bukan hanya untuk rakyat Indonesia, tetapi untuk seluruh warga dunia. Dengan semangat ini, Indonesia dapat menggapai kebaikan bersama dalam pemahaman global, sehingga bangsa ini, sebagai “khalifah” atau wakil Tuhan di bumi, dapat mewujudkan rahmatan lil ‘alamin.
Berdasarkan pemahaman ini, tata kehidupan global yang bersifat universal dapat dijalani, dan peradaban manusia baru di bumi akan lahir, membawa kembali kejayaan Nusantara yang pernah memuliakan umat manusia di masa lalu. Dengan demikian, keyakinan akan lahirnya peradaban baru dari bumi Nusantara semakin kuat, sebagaimana pernah dirintis oleh kesadaran pemuda Indonesia 96 tahun silam.
Dengan percepatan siklus abad, perubahan signifikan dalam membangun peradaban baru yang lebih manusiawi dan beradab menjadi mungkin. Pemuda Indonesia telah membuktikan diri mereka tangguh dan mampu menghadapi tantangan, serta membawa perubahan yang nyata. Dan dalam waktu yang tidak lebih dari satu abad, pemuda Indonesia memiliki kesempatan untuk melanjutkan siklus perubahan ini demi konstruksi peradaban yang lebih maju dan inklusif, dari Bengkalis, Riau hingga seluruh penjuru nusantara.( Asmadi)