Kota Palangka Raya Dikunjungi Tamu Istimewa Dari Suku Jawa, Siapakah Dia..??

Kalteng – jurnalpolisi.id

Palangka Raya kedatangan tamu dari pulau Jawa yang sangat rindu sekali berkunjung dan silaturahmi serta ingin mengenal budaya Kalimantan Tengah khususnya suku Dayak, bertempat dirumah betang palangka hadurut jalan Temanggung Tilung XVIII Kota Palangka Raya, Selasa 23/7/2024 skj 05:58 sore.

Dia adalah Kamal Musthofa
Dengan gelar
Dhalem Sri Aji Nararya Pranatha Jawi Suryapati Nagoro,
Dari Kedatuan Wilwatikta ereng-ereng gunung Muria Kudus Jawa Tengah sebelah Utara Semarang dia adalah seorang pemuda yang mencintai adat istiadat dan budaya seluruh Nusantara Indonesia dan sekaligus seorang pengusaha muda di Indonesia.

Tentunya kedatangan Kamal Musthofa disambut baik oleh seorang Tokoh Dewan Adat Dayak dan para pemangku adat Dayak lainnya, sebelum memasuki rumah Betang Palangka hadurut salah satu pemangku adat terlebih dahulu memperkenalkan senjata khas suku Dayak untuk berburu yang disebut sumpit, Musthofa kemudian diminta untuk mencoba senjata khas Dayak itu untuk menyumpit sasaran yang sudah di siapkan oleh pemangku adat, dan sangat luar biasa sumpit tersebut berhasil tepat sasaran, kemudian Musthofa dan rombongan dari Kudus dan Banjarmasin dipersilahkan memasuki rumah Betang Palangka hadurut, namun sebelum mereka memasuki rumah Betang Palangka hadurut, seperti layaknya suku yang sangat menghormati adat dan budaya suku lain Musthofa dan rombongan sujud bertanda memberi penghormatan yang sangat dalam terhadap leluhur serta tuan rumah, dan saat memasuki rumah Betang Palangka hadurut dan disana sudah di sambut dengan tari-tarian khas suku Dayak.

Sementara itu Ketua Harian Dewan Adat Dayak (DAD) Palangka Raya Dr.Mambang I. Tubil, S.H.,M.A.P menyambut baik momen indah ini dengan mengatakan selamat datang dirumah Betang Palangka hadurut bagi bapak Kamal Musthofa dengan gelar Dhalem Sri Aji Nararya Pranatha Jawi Suryapati dari Kedatuan Wilwatikta beserta rombongan dari Kudus dan banjarmasin, ini namanya Huma Betang Pak, kalo kami orang Dayak menamainya Huma Betang, artinya rumah panjang tempat masyarakat adat Dayak berlindung dan berkumpul itu menjadi tempat dimana adalah simbol dalam kehidupan masyarakat adat, yang menuntun dengan tata cara adat Dayak Kalimantan Tengah.

Beliau juga mengatakan Filosofi rumah Betang itu dipakai sebagai simbol wilayah Kalimantan Tengah kabupaten maupun kota, dalam simbol rumah Betang tersebut ada nilai-nilai terkandung didalamnya yaitu pilar yang pertama adalah nilai kejujuran, jadi nilai kejujuran bagi masyarakat orang luar yang ingin menyampaikan permasalahannya dalam berdiskusi dia mengedepankan rasa kejujuran yang tinggi sehingga dalam penyelesaian itu bisa membuat masyarakat yang mengalami permasalahan atau penyelesaian dengan adat dia akan merasakan ada suatu sukacita yang sangat dalam, di sebuah kehidupan.

Pilar yang kedua adalah kesetaraan, jadi orang Dayak itu sejak 1894 sebelum Indonesia merdeka ada nilai-nilai kesetaraan dan memberi hak semua orang untuk hidup bersama diwilayah Betang itu dengan tanpa diskriminasi baik tentang suku dan agama.

Jadi orang Dayak itu tidak pernah mempermasalahkan masalah agama, karena agama itu adalah hak hakiki bagi anak cucunya untuk menentukan sesuai keyakinannya masing-masing, oleh sebab itu di Kalimantan Tengah dalam satu rumah bisa bermacam-macam agama.

Kemudian pilar yang ketiga adalah musyawarah mufakat, itulah ciri khas budaya rumah betang setiap masalah itu akan dibicarakan dengan musyawarah, setara, dan jujur.

Dan pilar yang ke empat adalah tentang ketaatan hukum adat, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, imbuhnya.

Sementara itu disesi berikutnya Kamal Musthofa menceritakan tujuannya berkunjung di Palangka Raya Kalimantan Tengah, yaitu niat saya hari ini silaturahmi disini adalah saya mempunyai kerinduan kedepannya kita berdiskusi, berbincang-bincang tentang bagaimana kita membangkitkan adat istiadat Nusantara, karena adat istiadat Nusantara ini adalah adat terbaik diseluruh dunia, tidak ada yang menyaingi adat-adat kita dan menurut bapak,ibu ketahui menurut pemahaman saya ada hubungannya antara adat Jawa dengan adat Dayak.

Tetapi niat saya yang paling utama adalah saya ingin merangkul semua generasi muda pribumi-pribumi nusantara, untuk kita bergandengan erat mengembalikan lagi tatanan leluhur Nusantara yang kedepannya saya yakini betul bahwa tatanan leluhur kita menjadi tatanan mercusuar dunia.

Bahwasanya IKN ibu kota Nusantara itu salah satu pertanda bangkitnya kembali Nusantara yang akan membawa peradaban baru yang nantinya menjadi bangsa kita sebagai pemimpin dunia, tidak ada satupun tatanan kehidupan manusia yang lebih baik daripada tatanan leluhur kita.

Sekarang sangat sulit hidup dengan tatanan leluhur karena dimasa orang dengan hidup berkedok agama, tatanan leluhur kita disirik-sirikkan, diharam-haramkan, padahal tatanan agama itu ada tiga yaitu tatanan aturan, tatanan etika, dan tatanan cinta, ajaran leluhur kita masa lalu adalah sudah ditahapan cinta, makannya ketika ada agama-agama dari luar kita mudah menerima, seperti halnya Dayak, Dayak ini tatanannya sudah tatanan cinta. Maka dalam satu rumah ada agama A agama B dan agama C dan mereka rukun, itu yang kita pertahankan.

Dengan Kondisi maraknya orang berkedok agama justru tatanan kehidupan masyarakat kita ini menjadi turun ditatanan aturan dan itu bukan budaya leluhur kita, bapak-bapak dan ibu-ibu saya mohon ijin, mohon doa restunya untuk saya bisa silaturahim berkomunikasi dikemudian hari untuk membahas tatanan budaya nusantara itu tujuan utama nanti bisa kita bicarakan di forum-forum berikutnya demikian tujuan saya datang kesini jika ada kesalahan dalam bertutur kata saya mohon maaf sebesar-besarnya, dan pada akhirnya saya ucapkan terima kasih, tutupnya.(AP).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *