Tugu Batas Desa Pancur Jaya Lambangkan Persatuan Antar Suku dan Umat Beragama
Bengkalis – jurnalpolisi.id
Pembangunan Tugu Batas Desa Pancur Jaya Tahun Anggaran 2023 menjadi daya tarik unik dalam seni pembangunannya, Pembangunan yang bersumber dari Penganggaran APBDes Tahun Anggaran 2023 ini terbilang sukses karena mengandung seni budaya dan keragaman antar suku dan budaya.
Menurut dari sumber Profil Desa, Mayoritas penduduk desa pancur jaya adalah umat budha dengan persentasi 70 % penganutnya, sedangkan umat muslim hanya berkisar sekitar 20%, dan 10 % nya adalah umat Kristen dan Konghucu.
Sedangkan untuk suku di desa pancur jaya terbagi beberapa suku, diantaranya Suku Akit, Melayu, Suku Bangkinang / Ocu, suku Jawa, dan Suku Minang.
Pj. Kepala Desa Pancur Jaya dr. Nelya Sasmita saat di temui di Tugu perbatasan Batas Desa, antara Desa Pancur Jaya dengan desa Parit Kebumen di Jl. Abdul Rahman I, RT.01/RW.01 Dusun I sembari mengatakan, “Pembangunan Tugu Batas Desa dengan perpaduan Simbol Tanjak Melayu, Ukiran Naga, Keris dan Tombak adalah merupakan Simbol lambang Keragaman Suku yang ada di desa pancur jaya ini”.
Sambungnya lagi, “Pembangunan konstruksi yang terbilang unik ini bukanlah kebijakan yang kami buat dengan ide sendiri, ujar dr.Nelya Sasmita, Tetapi sudah kami lakukan musyawarah sebelumnya bersama perwakilan beberapa tokoh adat, Tokoh Pemuda, Tokoh Agama dan masyarakat. Ucap Pj.Kades.
Dari Hasil musyawarah tersebut, menurut beberapa tokoh adat desa pancur jaya diketahui Kata ’tanjak’ berasal dari bahasa Melayu Palembang ‘tanjak’ atau ‘nanjak’, yang berarti naik atau menjulang ke tempat yang tinggi.
Dari nama itulah tanjak dibuat menjulang tinggi dengan ujung yang meninggi berbentuk segitiga. Dengan kata lain, kata ‘tanjak’ bukan merupakan singkatan dari tanah yang dipijak, tetapi menunjukkan sesuatu yang ditinggikan bukan direndahkan.
Sementara itu, bagian terpenting dari tanjak adalah simpul. Simpul yang berada pada tanjak melambangkan persatuan dan ikatan.
Sedangkan Keris menurut suku jawa merupakan benda seni warisan nenek moyang bangsa indonesia berupa seni tempa logam yang diwariskan kepada kita sebagai salah satu identitas diri. keris dalam perkembangannya bukan lagi sebagai senjata pembunuh, melainkan telah menjadi simbolisasi kehidupan masyarakat, atau dengan kata lain sebagai refleksi persona dan kehidupan masyarakat jawa. pada masa lalu, keris juga dipakai sebagai simbol identitas diri, baik itu smbol diri pribadi, keluarga, klan dan status sosial.
bentuk keris yang dibuat indah dan menghilangkan kesan seram ini merupakan simbolis yang mengajarkan manusia jawa agar selalu rendah hati dan tidak sombong dengan memamerkan kehebatan dan kekuatannya.
Menurut budaya Tiong Hua, simbol naga untuk memberikan perlindungan dan membawa keberuntungan dan dukungan untuk mewujudkan tujuan.
Sedangkan symbol Tombak atau Kojo menurut Suku Akit itu sendiri merupakan suatu alat yang biasa mereka gunakan untuk berburu yang melambangkan Persatuan dan kekuatan rakyat.
Perpaduan dari semua symbol ini memberikan kesan Keragaman Antar umat dan suku yang ada di desa Pancur Jaya, dan Memiliki symbol Bhinneka Tunggal Ika yakni meski berbeda-beda tetapi tetap dalam satu kesatuan, keberagaman dan perbedaan bukanlah untuk pertentangan atau konflik, tetapi harus saling berdampingan dalam sebuah harmoni dan kedamaian.
Kami berharap semoga masyarakat desa pancur jaya akan senantiasa hidup harmoni, saling menghormati, saling meghargai, saling menjaga, saling membantu dan saling bekerja sama dalam kehidupan berdampingan. Tutup dr. Nelya Sasmita