Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Pekanbaru, jurnalpolisi.id
Ramah dan sederhana. Begitulah kesan pertama saat kami berjumpa dengan sosok visioner yang penuh dedikasi satu ini. Jauh dari bayangan banyak orang tentang pemimpin dari kalangan militer yang terkesan kaku dan tegas. Namun Brigjen TNI (Purn) Edy Afrizal Natar Nasution S.I. P, yang baru saja dilantik sebagai Gubernur Riau pada 27 November lalu, justru menampilkan genre yang berbeda.
Dalam percakapan santai beberapa waktu lalu, Gubernur Riau ke-13 ini menggambarkan harapannya untuk masa depan Riau. Ia membagikan sejumlah ide dan gagasan cemerlang.
“Riau memiliki banyak potensi yang perlu kita kembangkan. Misalnya, lahan tidur yang belum termanfaatkan dapat diubah menjadi lahan pertanian dan perkebunan untuk masyarakat. Mengapa kita harus mengimpor sayur-sayuran dan buah-buahan dari provinsi tetangga..? Mengapa tidak kita coba menanamnya di tanah kita sendiri?” ujar suami dari Hj Suti Mulyati ini memulai perbincangan dengan Ketum DPP Pro Jurnalismedia Siber (PJS) Mahmud Marhaba, Yanto Budiman dan Wina.
Ayah 3 orang anak ini mencontohkan Kabupaten Bengkalis, tanah kelahirannya itu terkenal dengan kelezatan buah durian. Ini menjadi perhatian baginya, karena ia memiliki hoby berkebun dan menanam buah-buahan.
“Mengapa kita tidak memaksimalkan potensi ini untuk menarik wisatawan..? Banyak tanah di Bengkalis yang belum dimanfaatkan dengan baik,” tambah pria berusia 62 tahun ini.
Baginya kabupaten yang berjuluk Kota Terubuk ini banyak menyimpan potensi, mulai dari wisata pantai hingga wisata kebun, terutama durian yang memang sudah termasyur di pelosok Riau.
Selain bidang pertanian, Edy juga menungkap keinginannya untuk mengembangkan objek wisata di Riau. Ia bermimpi menggabungkan objek – objek wisata, pertanian dan peternakan menjadi satu paket.
“Misalnya sebelum menuju ke Kota Siak, di Dayun kita bisa memembangun perkebunan dan peternakan yang nantinya akan dikunjungi juga oleh para pelancong. Disana ditanami buah-buahan khas daerah seperti manggis dan durian, dipadukan dengan peternakan ikan, ayam, dan kambing dalam satu lokasi,” paparnya.
Sambil menikmati secangkir kopi dan kudapan, mantan Komandan Korem 031/Wirabima yang pernah bertugas di Bengkalis ini juga mengungkap keinginan pribadinya. Jebolan Akmil tahun 1984 ini diam-diam sedang membangun sekolah tafiz Quran yang berkonsep semi militer.
“Sekolah ini akan berbasis tafiz Quran dan semi-militer. Seleksinya ketat, setiap pelajar harus hafal minimal 10 juz ayat Alquran,” terangnya sambil mempersilahkan kami menikmati kudapan.
Ia menjelaskan bahwa sekolah ini hanya menerima 10 siswa setiap tahunnya. Hal ini dilakukan agar fokus dalam pengelolaan dan menjamin kualitas para lulusan. Niatnya ini sudah disampaikan kepada kepala SMA Negeri 1 Pekanbaru dan Korem 031/Wirabima agar para lulusan dapat diterima di akademi militer setelah tamat.
“Sekolah ini setingkat dengan SMA, setelah tamat, kita akan memprioritaskan para siswa agar dapat diterima di Akmil,” tambahnya.
Ia menyatakan bahwa tujuan sekolah yang didirikan adalah mencetak prajurit yang handal dan cinta Alquran.
“Bukan tidak mungkin, 20 tahun ke depan akan banyak jenderal dari Riau yang hafal Alquran 30 juz,” ucapnya penuh harapan.
Ia pun berbagi tentang konsep sekolah yang dibangun di Tenayan Raya, Pekanbaru. Sekolah tersebut ia bangun di tanah pribadinya. Disekeliling sekolah akan dibangun barak- barak sepeti barak militer yang menjadi tempat tinggal para siswa. Lokasi tersebut juga ia tanami berbagai buah-buahan seperti durian dan lengkeng.
“Lokasinya di kebun saya sendiri. Baraknya tidak terlalu besar karena kita tidak menerima banyak murid,” kata Edy seraya mengundang kami untuk mengunjungi lokasi sekolah sekaligus kebun miliknya.
Selain itu, Edy Natar juga membagikan pengalamannya selama menjabat Wakil Gubernur Riau mendampingi Syamsuar. Salah satunya tentang pentingnya membangun komunikasi yang baik dengan semua pihak, khususnya dengan para Bupati dan Walikota di Riau.
“Yang punya wilayah itu kan Bupati dan Walikota. Gubernur dan wakil Gubernur satu box cuma sebagai kordinator dan perpanjangan tangan Pusat di daerah. Jadi komunikasi dan kolaborasi serta sinergitas menjadi kunci penting dalam memajukan dan menyejahterakan seluruh masyarakat Riau,” terangnya.
Selama ini, kata Edy hal itu belum dilakukan secara konsisten. ” [komunikasi], itulah yang akan terus saya bangun disisa masa jabatan yang sangat singkat ini. Dengan komunikasi yang baik tak ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan,” katanya mengakhiri perbincangan kami.
Loches A.S.