Di Pusat Kota Bukittinggi, Sangat Semarak Idul Fitri 1444 H, 50 Tambua Di Tabuh Secara Serentak

April 23, 2023

Bukit Tinggi Sumbar  – jurnalpolisi.id

Sangat semaraknya Idul Fitri 1444 Hijriah di pusat Kota Bukittinggi dan sebanyak 50 Tambua dan 5 Tasa di tabuh secara terus-menerus hingga satu jam lebih di pusat kota itu.

Berlokasi di Simpang kangkung teras PLN Kota Bukittinggi, suasana yang biasa jadi meriah hingga membuat semua mata pengunjung tertuju ke gelaran tersebut, pada hari Sabtu (22/4/2023) malam.

Salah satu pemain gendang Tambua Iqbal mengatakan, sebenarnya kami menggelar kegiatan ini kemarin pada malam takbiran, sehubungan cuacanya hujan jadi sekarang diadakannya.

“Kita memainkan secara serentak dan berkolaborasi dari grup Tambua Jambu air Agam, Gantiang Agam, Sungai Pua Agam, Surau Pinang Agam, dan Panorama Kota Bukittinggi,” Iqbal menjelaskan.

Tambua Tasa adalah kesenian khas daerah Pariaman, Sumatera Barat berupa alat musik perkusi yang terdiri dari dua alat musik yaitu Gandang Tambua dan Gandang Tasa. Namun sekarang sudah ada di daerah-daerah lainnya di Sumatera Barat.

Dikutip dari tulisan Mahasiswa Universitas Andalas, Fakultas Ilmu Budaya,Sastra Minangkabau.

Alat musik ini dimainkan dalam group ditabuh secara terus-menerus dalam formasi terdiri dari sampai 7 (tujuh) orang penabuh yang terbagi menjadi 6 (enam) pemain Gandang Tambua dan 1 (satu) orang pemain Tasa .

Gandang Tambua berbentuk seperti tabung dengan bahan yang terbuat dari kayu dengan dua permukaan kulit.

Gandang Tambua biasanya dimainkan dengan cara disandang di salah satu bahu pemain dalam posisi berdiri dengan menggunakan dua pemukul tambua, semacam pemukul yang terbuat dari bahan kayu, sedangkan Tasa lebih mirip setengah bola yang hanya memiliki satu sisi kulit.

Asal Usul Tambua Tasa Suku Minangkabau merupakan salah satu etnis yang ada di wilayah Indonesia, memiliki beraneka ragam jenis kesenian tradisional.

Salah satu jenis kesenian tradisional tersebut adalah seni pertunjukan musik Tambua Tasa, Alat musik ini hidup dan berkembang di daerah Pariaman.

Hampir di setiap nagari di Kabupaten Padang Pariaman atau Kota Pariaman mengenal kesenian Tambua Tasa dan menjadi tradisi yang masih difungsikan dalam berbagai kegiatan upacara baik adat dan upacara keagamaan oleh masyarakat Pariaman.

Kesenian ini berasal dari bangsa India yang dibawa oleh seorang pedagang Gujarat (India) ke Tiku Pariaman yang dulu merupakan pelabuhan terbesar di Pantai Barat Minangkabau pada abad ke 14 Masehi.

Alat musik tersebut mulai berkembang di berbagai daerah di Minangkabau seperti di Maninjau dan Lubuk Basung.

Faktor percampuran kebudayaan, baik akibat perkawinan maupun perdagangan antara masyarakat pribumi Minangkabau di Pariaman dengan kaum pendatang dari Asia Selatan (sekitar India, Banglades, dan Irak serta Pakistan).

Artinya semenjak kedatangan orang-orang Asia Selatan tersebut terbentuk kesenian Gandang Tambua .

Diduga Gandang Tambua merupakan sebuah kesenian dari hasil kolaborasi atau asimilasi antara produk budaya lokal Pariaman dengan suku pendatang (Asia Selatan).

Fungsi, Pertunjukan kesenian Tambua Tasa tujuannya adalah untuk mengundang perhatian para pengunjung agar tercipta suasana keramaian dalam berbagai upacara adat dan keagamaan seperti,

Upacara pengangkatan penghulu, Upacara penyambutan tamu agung, Upacara khatam Alqur’an, Upacara adat nagari, Upacara perkawinan

Jenis Tambua Tasa, Gandang Tambua
Gandang Tambua sendiri terbuat dari dari kayu ringan (kayu tarantang), sejenis batang kapas. Dengan badan gandang berbentuk drum yang mempunyai dua sisi yang masing- masingnya ditutupi oleh kulit kambing.

Gandang Tasa, Gandang Tasa adalah alat musik perkusi yang dipukul dengan dua buah stik yang terbuat dari bambu, dan permukaan tasa terbuat dari fiber. (Syafrianto)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *