Besarnya biaya tidak menjamin Kwalitas, Pembangunan Jembatan darurat di pertanyakan…
Labuhanbatu, jurnalpolisi.id
Proyek Pembangunan Jembatan darurat di Desa Aek buru selatan Kecamatan Bilah barat yang menelan biaya sebesar Rp 1,632.000.000 Milyard yang bersumber dari anggaran APBD Labuhan batu Tahun 2022, Jembatan yang memakai 8 habin ( gelagar) atau besi H yang memanjang menghubungkan ruas jalan mengunakan besi bekas jembatan lama dengan sambungan baut dan pengelasan sehingga kwalitasnya tidak sesuai dengan biaya, Demikian menjadi sorotan masyarakat dan awak media Kamis, 16/2/2023
Menanggapi hal tersebut saat dimintai tanggapan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Labuhan batu Abdul Karim Hasibuan menanggapinya,
” Iya Adinda, trmksh sdh meminta konfirmasi dari Abng…😊 Dan trmksh juga atas informasi yg dismpaikan ini,” Demikian disampaikan Wakil Ketua DPRD Labuhan batu Abdul Karim Hasibuan
” Utk pembuatan jembatan tsb tentu sdh ada ketentuan dan aturan pelaksanaanya dari OPD terkait sperti apa pengerjaannya, bahan2 apa yg harus digunakan dan ukurannya.
Contohnya sperti besinya, ukuran diameternya yg berapa milli, besi H nya tersebut ketebalannya yg berapa milli, dan bahan2 yg lainnya.
Dan menurut biasanya tentu harus menggunakan bahan2 yg baru, bukan bahan2 bekas, Kalau kondisinya sperti hal yg adinda jelaskan diatas, tentu ini harus segera dicek oleh Dinas PUPR. Dan dimana pengawasan dari Dinas PUPR disaat pengerjaannya, kemana mereka ?, kok dibiarkan seperti itu…?
Kami dari DPRD juga akan menelusuri informasi ini dan akan mengambil langkah2 yg menjadi kewenangan kami.
Klo hal ini melanggar ketentuan, dan pihak pemerintah membiarkannya terjadi, tentu disaat LKPJ nanti ini akan menjadi masalah bagi Pemerintah Daerah dlm Laporan Pertanggungjawabannya.
Itulah dulu jawaban dari saya ya Adinda..🙏😊,” Demikian disampaikan lewat pesan Watt shap Wakil Ketua DPRD Kabupaten Labuhan batu.
Selanjutnya terlihat tingkatan bronjong atau batu padas untuk menahan terjadinya longsoran tanah serta melindungi pundasi jembatan seharusnya berguna menahan debit air sungai namun, bronjong tidak tertanam kedasar tanah atau menggantung di pinggir Daerah Aliran Sungai,
Informasi yang himpun jalan alternatif untuk untuk dapat di lewati warga tidak ada di bangun pihak kontraktor, namun jalan alternatif itu milik PT. ASDA yang di khawatirkan masyarakat umum dibatasi untuk menggunakan fasilitas jalan tersebut.
Mirisnya untuk pembangunan jembatan tetap mengunakan besi Habin bekas, dengan biaya yang cukup besar,hal ini menjadi pertanyaan dikalangan masyarakat.
Menurut seorang warga tidak mau sebutkan namanya mengatakan,sudah lama juga jembatan ini tidak selesai,kami heran, hampir tiga bulan jembatan tidak selesai, kami susah melewati jembatan alternatif ini, milik PT.ASDA ini katanya .
” saya tidak ikut pekerjaan tentang bronjong ini, orang lain yang mengerjakannya ,jadi saya tidak tahu bang, memang saya melihat bestek untuk jembatan mengunakan gelagar besi lama, ini masih tahan bang, memang untuk pengecoran pondasi memakan waktu 21 hari, biayanya masih kurang , untuk penyelesaian pekerjaan saya kurang tahu,” tutur seorang pekerja yang tidak ingin disebut namanya.
Ketika di konfirmasi melalui Via WhatShapp Dinas Pekerjaan Umum dan Penataaan Ruang (PUPR) melalui via telpon, Namun nomor telepon 08126430XXXX dan nomor telepon 08136203XXXX di angkat dan terdengar suara wanita yang menyatakan salah Sambung.
” Maaf ya ini salah Sambung,” demikian yang terdengar dari via telepon tersebut.
Wartawan JPN
Rahman fitri Hasibuan