Yohanis Napa Warga Desa Sono Butuh Bantuan Pemerintah.

NTT, jurnalpolisi.id

Sebagai manusia kita merasa miris apa yang dialami seorang warga RT. 012/006, desa Sono Kecamatan Amanatun Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Betapa tidak, Yohanis Napa yang biasa disapa dengan Hanis (40) pria yang setiap hari menghabiskan hidupnya hanya dengan bertani, bersama istrinya tinggal di gubuk reot berdindingkan tepas dan harus rela basah kuyub bila hujan datang, karena selain bangunan rumahnya sudah lapuk, juga daun atapnya sudah pada bocor.

Belum lagi selama tinggal di rumah tersebut, tak pernah tersentuh yang namanya bantuan dari pemerintah baik itu berupa raskin maupun PKH dan lain sebagainya.

Saat awak Media mendatangi kediamannya, Jumat (25/11/2022) ia mengatakan bahwa dia bersama istrinya yang sementara dalam keadaan sakit ingatan sangat berharap kepada Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan yakni Bupati Egusem Pieter Tahun agar dirinya bisa diperhatikan seperti layaknya orang lain yang bisa menempati rumah yang lebih layak untuk ditempati.

“Saya mohon kepada pemerintah daerah agar bisa melihat keadaan kami karena pemerintah desa hanya bisanya datang foto dan pergi tidak kembali lagi. Saya mohon agar ada perhatian dari bapak Bupati atas keadaan kami ini, karena keluarga yang lain bisa memperoleh bantuan sekalipun mereka mampu kenapa saya yang benar-benar tidak mampu tidak mendapat perhatian sama sekali, baik berupa bantuan rutilahu maupun bantuan lainnya” pintanya.

Sementara itu, warga setempat, membenarkan hal tersebut yang mana diketahui Hanis bersama istrinya yang sakit ingatan ini sudah puluhan tahun menempati gubuk reot itu. Sedang anak mereka dititipkan pada sanak keluarga mengingat keadaan mereka.

” Hanis selama ini tidak pernah menerima bantuan dari pihak pemerintah,” saya berharap kepada pemerintah daerah melalui dinas terkait agar dapat membantu mereka” pungkas warga yang tak mau menyebut namanya.

Hanis hanya bisa pasrah dengan penyakit yang diderita istrinya. Diceritakannya, saya memiliki 5 orang anak tapi karena keadaan saya yang serba kekurangan maka terpaksa anak-anak saya dititipkan pada saudara. Setiap hari saya hanya bekerja dikebun, pergi pagi dan siang pulang masak untuk istri yang dalam kondisi tak normal, tapi saya harus bekerja untuk mencukupi hidup sehari-hari. kalau saya tidak kerja bagaimana kami bisa makan. sementara kami tidak pernah merasakan bantuan pemerintah, ucapnya sedih.

Terkadang juga untuk melanjutkan hidupnya, Hanis terpaksa harus berjuang dengan bekerja apa adanya untuk menghasilkan uang.

Lebih miris lagi, ia mengaku belum pernah menerima bantuan sosial (bansos) apa pun dari pemerintah sejak pandemi covid-19 melanda.

Dengan berurai air mata, ia mengungkapkan kesedihannya kenapa dirinya tidak pernah didata sebagai penerima bantuan pemerintah.

“Sedih sekali hati saya, tetangga-tetangga yang lain dapat bantuan. Kenapa kami tidak,” ucapnya. Selama ini ia tidak pernah menerima bantuan sosial lainnya, seperti BPNT, PKH atau bansos lainnya, dia mengaku tidak pernah sama sekali tersentuh bantuan pemerintah. “Sebutir beras pun tidak pernah saya terima,” jelasnya.

Roy Saba

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *