Oknum Pegawai Lapangan PDAM Way Agung Unit Kota Agung Diduga Manipulasi Stand Meter Dan Berusaha Lakukan Pungli
Tanggamus– jurnalpolisi.id
Oknum Pegawai Lapangan PDAM Way Agung Unit Kota Agung Timur Suheli dan Tarmuji diduga memanipulasi stand meter air disaat pengecekan. Salah satunya meteran atas nama Sunggono, beralamat di Pekon Umbul Buah Kecamatan Kota Agung.
Sungguno selaku pemilik kontrakan rumah yang sedang disewa untuk Kantor Biro Media Tanggamus (BMT) memberi tahukan tagihan air PDAM kepada Herni penjaga Kantor BMT.
Mirisnya oknum pegawai lapangan PDAM berusaha melakukan Pungutan Liar (Pungli) terhadap Herni selaku penjaga kantor Biro Media Tanggamus. Senin (10/10/22).
Pasalnya Tagihan Air PDAM atas nama Sunggono tidak sesuai dengan kenyataan di bulan Agustus dan bulan September. Dalam Tagihan stand meter per dua bulan Sampai 220 kubik Air berjumlah Rp 677.000. Serta biaya pemeliharaan dua bulan Rp 16.000, denda Rp 3.500 dalam sebulan menjadi total Rp 695.500.
Redi selaku Divisi Humas Biro Media Tanggamus (BMT) tidak terima dengan tagihan rekening Air sampai membludak, padahal Ia sudah melakukan kesepakatan untuk pemutusan sementara pemakaian air tersebut karena kantor BMT tidak ada aktivitas di 2 bulan terakhir.
Redi pun kaget karena air di Kantor BMT selama pemutusan sementara tidak pernah ada yang pakai dan yang jadi pertanyaan Redi kenapa bisa ada tagihan sebesar itu. Diduga ada oknum pegawai lapangan PDAM Unit Kota Agung Timur yang berusaha memanipulasi stand meter air.
Dengan kejadian itu Redi langsung konfirmasi ke pihak BiLink Air pegawai PDAM. Namun tidak mendapat jawaban yang pasti.
“Tagihan ini sesuai dari data yang dicatat tukang cek Air di lapangan pak Suheli dan Tarmuji coba bapak tanyakan saja ke mereka,” tuturnya.
Di tempat terpisah, Herni ketika dikonfirmasi mengaku kaget juga karena tidak merasa menggunakan air di Kantor tersebut.
“Saya disini baru dua minggu, saya juga kaget kenapa ada tagihan sebegitu besarnya, anehnya kantor ini kan semenjak saya masuk sepi tidak ada yang pakai air. Lalu saya diminta uang Operasional Rp 200 ribu apabila buka lagi air tersebut yang kemarin sempat ditutup oleh pihak BMT,” jelasnya.
“dan mereka berdua berulangkali menanyakan uang Operasional kepada saya, saya sempat menanyakan uang itu ke pihak kantor Bilink PDAM kata mereka tidak ada uang oprasional seperti itu. Tapi kalau mau ngasih uang makan atau rokok boleh boleh saja. Dan akhirnya saya musyawarah dengan yang punya kontrakan tentang uang operasional itu ke dia dan kata dia nanti dia yang bicarakan dengan pegawai lapangan PDAM,” jelasnya.
“Saya juga keberatan bang sebagai orang baru buka usaha dagang kecil – kecilan di sini kalau melihat tagihan air besar kaya gitu kasihan saya dong bang untuk ke depan nya masa mau kaya gini terus bayar air nya sdh melebihi kaya bayar tagihan PLN ,” keluhnya.
Herni lalu menghubungi petugas lapangan PDAM Suheli.
“Perihal stand meter air bayarnya sampai besar begitu bukan saya bang yang ngecek tanyakan saja dengan pak Tarmuji karena dia yang tukang ngecek nya, dan masalah uang operasionalnya saya tidak minta, mungkin Tarmuji,” tutur Suheli via telepon.
Tarmuji ketika dikonfirmaai via whatsapp mengatakan, “Ia bang saya memang mengecek sesuai yang ada di meteran air, dan saya tahu kalau kantor sering sepi dan saya juga tidak merasa minta uang operasional itu sama bu Herni, saya tidak tahu siapa yang minta dan ini nanti saya cek ulang bang di BiLinknya,” jelas Tarmuji mengelak.
Redi pun mendatangi Kantor Pusat PDAM Way Agung menemui Kabag Umum PDAM Jahidin.
“Ya pak Redi dengan adanya pembengkakan tagihan ini nanti kita panggil Pak Tarmujinya selaku pengecek meteran sekaligus saya pertanyakan perihal Operasional tersebut apa kendalanya nanti,” tuturnya.
Tak lama kemudian Tarmuji hadir setelah ditelepon Jahidin untuk menceritakan perihal tagihan.
“Iya pak nanti saya cek ulang dimana kesalahannya dan nanti kita sama – sama cek meterannya,” ucapnya dengan gugup.
Ketua BMT Hendri Jaya menanggapi hal tersebut mengatakan, “apabila kenyataannya seperti ini kita naikan beritanya saja pak Redi, artinya mereka sudah berusaha mau mengelabui kita dan memanipulasi tagihan. Bisa -bisanya air tidak kita pakai kok ada tagihan, darimana ceritanya?” ucapnya
(Helmi)