Malam Regsosek, Gelandangan di Purbalingga Didata
PURBALINGGA – jurnalpolisi.id
Badan Pusat Statsistik (BPS) Kabupaten Purbalingga menggelar pendataan awal Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek) sejak 15 Oktober 2022 lalu dan akan berakhir pada 14 November 2022.
Sejumlah 1.567 orang petugas turut diterjunkan ke seluruh wilayah yang ada di Kabupaten Purbalingga. Dalam pelaksanaanya, pendataan awal Regsosek tidak hanya dilaksanakan siang hari door to door atau dari rumah ke rumah oleh petugas namun malam hari juga turut dilaksanakan dengan sasaran tunawisma, gelandangan, manusia gerobak maupun kelompok masyarakat lainnya yang kedapatan tinggal di emperan pertokoan, terminal, GOR, pasar atau tempat umum lainnya dimalam hari.
Dalam pelaksanaanya dimalam hari yang tentunya penuh tantangan dan disebut Malam Regsosek turut menggandeng berbagai unsur petugas di wilayah yang memahami kondisi kehidupan malam di wilayah Kabupaten Purbalingga seperti Kodim 0702/Purbalingga, Polres dan Satpol PP Kabupaten Purbalingga. Malam Regsosek ini dilaksanakan pada 29 Oktober 2022 pukul 21.00 WIB hingga 30 Oktober 2022 pukul 06.00 WIB dengan sasaran serempak ke seluruh wilayah di Kabupaten Purbalingga.
Menurut Djulfikar Rizky, Kepala BPS Kabupaten Purbalingga, Regsosek merupakan upaya pemerintah untuk membangun data kependudukan tunggal atau satu data perlindungan sosial dan pemberdayaan masyarakat dimana dengan data tunggal pemerintah akan dapat melaksanakan berbagai programnya secara terintegrasi tidak tumpang tindih dan lebih efisien untuk meningkatkan kualitas berbagai bentuk layanan pemerintah seperti Bansos, kesehatan hingga administrasi kependudukan, sehingga dalam pelaksanaanya berbagai variabel didata oleh pihaknya.
“Regsosek dilaksanakan guna menyediakan basis data seluruh penduduk yang terdiri atas profil, kondisi sosial, ekonomi, dan tingkat kesejahteraan. Termasuk basis data untuk perlindungan sosial dan pemberdayaan masyarakat dimana variabel yang akan dikumpulkan berupa data kependudukan, ketenagakerjaan, perumahan, kesehatan dan disabilitas, perlindungan sosial, pendidikan serta pemberdayaan ekonomi,” katanya menjelaskan, Minggu, (30/10/2022).
Djulfikar juga menambahkan jika ia terkesan dengan kegiatan tersebut karena menjadi kenangan tersendiri baginya.
“Menjadi kenangan bagi saya, bertemu langsung dengan penduduk yang kita sebut tuna wisma dan mencoba memahami mengapa mereka lebih senang tidur di emperan toko,” ungkapnya.
Sementara, Sutarno (73), salah satu warga yang kedapatan tidur di emperan toko sekitaran Alun-alun Purbalingga dan mengaku telah bertahun-tahun hidup menggelandang mengaku senang didata, ia berharap ada perhatian maupun bantuan dari pemerintah meski ia juga mengaku lebih senang hidup menggelandang.
“Kalau ada bantuan mau dan senang tapi ya sebenarnya saya nyaman saja hidup menggelandang,” ujarnya. (SF)
sahudin.jpn