Penjualan Bensin Eceran Marak Jelang Kenaikan Harga BBM

Betun  –  jurnalpolisi.id

Pasca penetapan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) secara serentak di seluruh Indonesia, penjual BBM eceran di kabupaten Malaka pun serentak menaikan harga.

Dominikus Klau Meol (39) warga dusun Webalu, desa Weoe, Kecamatan Wewiku Kabupaten Malaka saat ditemui jurnalpolisi.id di lokasi penjualannya dipinggir jalan negara terlihat ia sibuk merapihkan susunan botol yang diisi dengan BBM jenis Pertalite.
Seliter Pertalite dalam sebuah botol kaca bekas minuman itu dijualnya dengan harga Rp15 ribu.

“Lumayan dapat untung Rp 5.000 per liter dari setiap botol bensin yang terjual,” katanya kepada jurnalpolisi.id. Sabtu (10/9/2022).

Jika diakumulasi rata-rata bensin yang terjual sebanyak 40 botol per hari, maka Dominikus bisa mengantongi untung Rp 200 ribu per hari.

Sementara, ia membeli Pertalite dengan harga normalnya, yakni Rp 10.000 per liter.
Modalnya pun tak banyak, hanya tancap gas ke SPBU terdekat yang berjarak kurang dari 500 meter dari tempat tinggalnya.

Hanya butuh sekali jalan, Domi (sapaan Dominikus Klau Meol) bisa mendapatkan 40 liter dalam sehari untuk dijual kembali di ‘lapak’ keesokan harinya. “Kita beli pakai jerigen, dan tidak ada razia selama ini,” imbuhnya.

Domi tak sendirian berjualan bensin eceran. Ada banyak sekali ‘pengecer’ Pertalite di sepanjang jalan. Pengecer bensin lainnya, menjajakan dagangannya hanya berjarak 20 -50 meter dari ‘lapaknya.

Ia mengaku banyak pengendara sepeda motor yang mampir ke lapaknya untuk sekadar mengisi 1-2 liter Pertalite. “Soalnya kan kalau isi cuma 1-2 liter di SPBU, membutuhkan antrean. Kadang orang buru-buru dan malas antre, jadi lumayan kita membantu,” jelasnya.

Namun, Domi menampik bahwa lapaknya muncul jelang kebijakan pemerintah menaikkan harga Pertalite dan Solar. Ia mengklaim sudah melakoni ‘profesinya’ tersebut sejak 2019.

Ia juga membantah berdagang bensin eceran karena antrean SPBU yang mengular saat ini. “Saya dagang sudah 2-3 tahun ini, karena memang tidak ada kerjaan,” tutur Domi.

Ia juga mengungkapkan bahwa dirinya tidak mempermasalahkan kenaikan harga BBM.
“Baginya (Penjual Eceran), BBM naik tidak menjadi masalah. Karena disaat pertamina harganya naik berarti kami juga akan menaikan harga eceran per liternya. Misalkan di pertamina kami ambil dengan 10 rb per liter berarti kami jual dengan 15 rb per liter,” jelasnya kepada jurnalpolisi.id.

Lanjutnya, menurut kami para penjual eceran sebenarnya tidak mempermasalahkan kenaikan harga BBM. Namanya juga Pemerintah sudah buat begitu maka kami sebagai masyarakat kecil hanya mengikuti saja.

“Untuk kenaikan harga BBM ini kita sebagai masyarakat kecil juga merasa kurang bagus. Tapi namanya pemerintah kalau sudah naikan harga, kita sebagai masyarakat kecil mau bilang apa. Kita hanya bisa sesuaikan saja,” tambah Domi.
Ia juga menyampaikan bahwa sudah ada kenaikan harga BBM namun harga hasil bumi sampai saat ini pun masih merosot.

“Kami sebagai masyarakat kecil sangat mengharapkan kepada pemerintah untuk bisa memperhatikan harga hasil bumi karena sampai saat ini harganya lagi merosot. Bagaimana kami masyarakat mau sejahtera kalau BBM naik tapi harga hasil bumi merosot,” tambahnya.

Sehingga dirinya mengharapkan untuk pemerintah bisa mengkaji kembali keputusan yang sudah dikeluarkan itu.

“Kami mengharapkan untuk pemerintah bisa melihat kembali keputusan itu agar harga BBM kalau bisa kembali seperti biasa. Karena kenaikan harga BBM ini sangat merugikan kami masyarakat kecil,” tutupnya.

Sedangkan Warga Sipil lainnya, Nikodemus Mautae (50) mengaku kesal dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah tanpa mempertimbangkan kehidupan masyarakat kecil.

“BBM semakin naik dan sebentar lagi pasti Sembako pun ikut naik. Tapi upah bagi masyarakat akan tetap seperti itu. Tidak ada peningkatan sama sekali. Bagaimana masyarakat mau sejahtera kalau BBM naik dan Sembako Naik tapi upah untuk masyarakat minus,” tambahnya.

Menurutnya, sebelum pemerintah menaikkan harga BBM, Pemerintah sudah seharusnya mengkaji ulang kehidupan masyarakat paling terbelakang.

“Oleh karena itu kami sangar mengharapkan agar pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi untuk bisa mempertimbangkan kembali kenaikan harga BBM ini agar jangan selalu masyarakat yang dirugikan,” harapnya. (RoyS).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *