Akibat PMK, Peternak Loteng Mulai Cemas, Obatnya Dipasaran Habis, ini Penjelasannya
Lombok Tengah (NTB) – jurnalpolisi.id
Meningkatnya jumlah hewan, ternak sapi yang diduga terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kab. Lombok Tengah Khususnya di Kecamatan Jonggat membuat warga, para petani ternak semakin merasa cemas.
Kecemasan warga, para peternak tersebut sangat beralasan sebab perkembangan penularan PMK semakin meluas, sementara stok obat di tokok toko resmi yang menjual obat dan vitamin untuk hewan sudah tidak ada atau sudah habis terjual dipasaran. Sementara pihak penjual obat pun belum bisa memastikan kapan stok obat akan ada atau datang lagi.
Hasil pantauan awak media (9/6) ke beberapa toko obat resmi yang menjual obat untuk hewan di Mataram dan Praya, bahwa benar adanya yakni obat hewan untuk sejenis obat menurunkan panas, nyeri, demam, antibiotik dan vitamin sudah habis terjual semua dipasaran atau stok kosong.
Beberapa pemilik toko obat resmi seperti Toko Sinta di Mataram yang dikonfirmasi media mengatakan, obat sejenis itu sudah habis, kita sudah pesan barangnya (obat) namun kami belum bisa memastikan kapan obat (barangnya) tersebut akan datang, kata Ongko pemilik toko obat hewan terbesar di NTB itu
Kelangkaan obat jenis tersebut di benarkan juga oleh drh. Pebrina. Kami sudah keliling cari di toko toko obat hewan di Mataram dan Praya, namun semuanya kosong atau habis terjual. Sehingga untuk membantu peternak dan mencegah meluasnya PMK serta menghindari kerugian warga yang lebih fatal maka kami dengan biaya pribadi meminta bantuan teman di Denpasar Bali untuk mengirimkan ke Lombok dan itupun jumlahnya sangat terbatas, kata drh. Pebrina ke Labulianews.com (9/6)
“Belum ada bantuan obat gratis dari Dinas, ini upaya dan usaha kami sendiri untuk membantu dan menolong peternak guna menghindari kerugian yang lebih fatal dan mencegah penularan PMK,” katanya
PMK atau dikenal juga sebagai Foot and Mouth Disease (FMD) dan Apthtae Epizooticae adalah penyakit hewan menular bersifat akut yang disebabkan virus. Penyakit ini dapat menyebar dengan sangat cepat mengikuti arus transportasi daging, udara dan ternak terinfeksi. Warga jangan panik sebab penyakit ini dapat disembuhkan, ujarnya
Sementara itu Kepala UPT Pertanian Jonggat Haji Mudahan yang dikonfirmasi melalui sambungan telepon (10/6) menjelaskan, Dik..saya ini belum pulang pulang ke rumah demi menolong dan menyelamatkan hewan ternak warga. Saya sedih melihat dan mendengar keluhan warga tetapi saya harus berbuat apa, penyakit ini kami tidak pernah prediksi akan datang seperti ini, ujarnya
Jujur saya katakan hingga saat ini anggaran dari Dinas atau Pemkab. Loteng untuk penanganan PMK ini belum ada. Kalaupun katanya ada itu jumlahnya sangat kecil. Dan itupun kami belum terima sampai saat ini. Sehingga sebagai tanggungjawab moral kami, hanya bisa membantu dan menolong menyelamatkan ternak sapi warga secara swadaya, sambil menunggu bantuan dari Pemerintah, ujarnya
Di se Kec. Jonggat sudah ribuan sapi warga terkena PMK, sementara obat dipasaran kosong, kita sudah berusaha dan berupaya cari kemana mana, tetapi barangnya kosong, kalaupun barangnya (obat) ada berapapun harganya kita akan beli demi menyelamatkan sapi warga, tegas Haji Mudahan
Disetiap ada pertemuan, rapat rapat di Kabupaten saya ini yang paling lantang memperjuangkan anggaran untuk penanganan PMK tersebut. Sebab saya tau persis dan rasakan apa yang dialami dan dirasakan oleh warga atau peternak itu sendiri, saya juga peternak sapi, ujarnya
Kami sudah perjuangkan anggaran melalui BPBD Kabupaten Loteng, tetapi lagi lagi terbentur sama regulasi dan aturan pemerintah sebab PMK tidak termasuk dalam tanggap darurat kecuali penyakit Antraks, jelasnya
Haji Mudahan, menghimbau kepada warga, peternak sapi agar jangan panik, jangan terprovokasi oleh oknum oknum yang tidak bertangungjawab, menggunakan kesempatan dalam kepanikan warga sehingga membeli atau menjual ternak sapinya dengan harga yang sangat murah, karena penyakit PMK ini tidak berbahaya dan bisa disembuhkan, tingkat kesembuhannya sangat tinggi.
Sementara itu Kadis Pertanian Lombok Tengah Taufikurrahman yang dikonfirmasi media melalui WhatsApp (10/6) menjelaskan bahwa sampai saat ini kami belum memiliki obat, dan juga tidak ada insentif untuk pengobatan.
Pada kondisi seperti ini, dan dalam kondisi serangan PMK sangat masif dan sifat penularan nya yang sangat tinggi, tentunya akan dihadapkan pada pilihan, menunggu obat pemerintah yang gratis atau berinisiatif melayani agar jangan sampai kerugian yang fatal terjadi.
Upaya pelayanan yang dilakukan untuk mencegah kejadian fatal terjadi harus mendapatkan persetujuan dari masyarakat yang akan dilayani, jika tidak disetujui, petugas kami juga tidak akan berani memberikan pelayanan swadaya.
Banyak petugas kami di lapangan melakukan upaya penyediaan obat sendiri dan tentunya obat itu dibeli dengan uang pribadi sehingga mereka harus mendapatkan pengganti pembelian.
Hal itupun harus mendapatkan persetujuan masyarakat yang akan dilayani, dan kerap kali juga ada yang blm mampu membayar.
Sampai hari ini, sabtu 11 juni 2022, kami belum memiliki obat, walaupun kontrak pembelian sudah dilakukan, hal ini karena stok obat ternak yang biasa digunakan untuk.mengobati efek sekunder dari PMK sudah sangat terbatas.
Pengobatan nya pun tidak bisa dilakukan hanya sekali, karena penyakit ini dapat dikatakan sebagai penyakit baru, dan pemerintah tidak pernah memperkirakan penyakit ini akan muncul saat ini.
Penyakit ini memiliki tingkat serangan yang sangat tinggi (90-100%), namun jika dapat diobati efek sekundernya, maka kerugian yang fatal seperti kematian, dapat dihindari.
Jika nanti obat pemerintah sudah tersedia, tentunya masyarakat tidak perlu membayar pengobatan oleh dokter/paramedis pemerintah.
Alangkah baiknya juga, pada saat masyarakat memanggil petugas, cobalah ditanyakan identitasnya agar kita mengetahui Kejelasan status mereka sebagai PNS atau petugas swasta, tutup nya (tim)