Kebunnya Digenangi Air, Puluhan Nande-Nande ‘ Mengamuk ‘ Di Proyek PT Thong Langkat Energi Kutambaru

Desember 12, 2021

Langkat – Jurnal polisi.id Karena merasa sudah tidak tahan lagi karena sekian lama sudah berjuang untuk mendapatkan keadilan dan haknya, namun belum juga dikabulkan, ahirnya puluhan ‘ Nande-Nande ‘ atau emak-emak dari Desa Kuta Gajah Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat, sejak pagi Kamis kemarin ( 9/12 ) masuk ke areal kantor dan proyek PT Thong Langkat Energi ( TPTLE ) untuk bertemu dengan pihak Pimpinan perusahaan untuk produksi energi listrik tenaga air tersebut untuk meminta pertanggung-jawaban akibat lahan kebunnya tergenang air imbas proyek PT ini, termasuk mempertanyakan ganti-rugi lahan mereka yang tak kunjung selesai. Dengan nada tinggi, para ‘ Nade-Nade ‘ berteriak dan terkesan ‘ Mengamuk ‘ menyampaikan keluhannya di depan kantor proyek tersebut. Namun tak seorangpun dari pihak perusahaan yang datang atau muncul untuk menemui para ‘ Nade-Nande ‘ yang datang dengan spontan ke lokasi proyek tersebut, para ‘ Nande-Nande ‘  ini datang termasuk membawa sebagian anak-anaknya, dengan nada tinggi menyampaikan tuntutannya kepada pihak PT ini, apalagi ratusan hektar lahan perkebunan kelapa sawit milik mereka sa’at ini tidak bisa lagi dipanen akibat tergenang air imbas pembangunan proyek dan uji coba bendungan PT ini di aliran Sei Wampu, dimana airnya meluber menggenangi lahan perkebunan kelapa sawit yang masih produktif milik warga, akibatnya tidak bisa dipanen, berimbas kepada perekonomian dan biaya pendidikan anak sekolah mereka, sejak terjadinya genangan air tersebut. Tampak hadir dalam aksi ‘ Nande-Nande ‘ tersebut Camat Kutambaru Edi S, namun tidak bisa berbuat banyak dan nyaris menjadi hujatan mereka, hanya mengatakan pihaknya sudah mencoba untuk menengahi aksi ini, namun pihak PT tidak ada yang hadir sehingga pihaknya tidak bisa memberikan jawaban termasuk keputusan terkait dengan masalah tekhnis di lapangan, demikian juga pihak perusahaan bernama Heri mengatakan dirinya juga tidak bisa berkomentar banyak terkait dengan aksi ini karena dirinya hanya bertugas di bagian administrasi, ketika ditanya sejumlah Wartawan ketika akan masuk dicoba dihambat oleh petugas Keamanan proyek ini. Keterangan yang dihimpun dari warga dan kaum ‘ Nande-Nade ‘ tersebut, bahwa selain masalah lahan warga di tiga Desa termasuk Desa Kuta Gajah Kecamatan Kutambaru, dan dua Desa lainnya masuk Kecamatan Bahorok menjadi  imbas tergenang air sungai akibat proyek bendungan PT TLE tersebut, selain itu ternyata masih banyak lahan masyarakat yang belum diganti rugi oleh pihak perusahaan karena tidak ada titik temu antara warga dengan pihak perusahaan sampai sekarang. Dikatakan warga 5 tahun yang lalu di era Bupati Langkat H. Ngogesa Sitepu disebutkan harga ganti rugi kepada warga disebutkan sebesar Rp. 12 juta/Ha, namun sekarang disebutkan malah harga ganti rugi turun menjadi sebesar Rp. 6 Juta/Ha, sehingga membuat warga menolak dan keberatan serta merasa tidak adil. Dan mereka juga sudah melaporkan persoalan ini ke Kepala, Camat dan bahkan Bupati Langkat, namun tidak ada realisasinya, ungkap salah seorang warga yang hadir. Akibat aksi sepontan ‘ Nande-Nande ‘ dari Desa Kuta Gajah ini, membuat petugas pengaman di areal proyek PT ini diperketat termasuk dari personil Polisi, TNI ( Koramil ) bahkan pihak Satpol PP juga dengan satu picup-nya turun langsung ke lokasi aksi. Juga hadir Kapolsek Salapian dan Danramil Salapian datang berikutnya dengan sepeda motor ke lokasi proyek. Terpisah anggota DPRD SU Dapil Binjai/Langkat dari PAN, Rudi Alfahri Rangkuti, SH, MH ketika diminta tanggapannya via Hp oleh sejumlah Wartawan atas nasib yang dialami warga ini mengatakan dirinya sangat perihatin dan meminta kepada warga di tiga Desa ini menyampaikan surat keberatan atas masalah yang mereka alami ke Komisi A DPRD SU untuk disikapi dan ditindak-lanjuti, ujarnya dengan nada prihatin. (Sahrul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *