FPI dan Rizieq Shihab Melanggar Protokol Covid 19, Rosyid : Terlalu Nafsu Menghujat dan Doktrin Pecah Belah
Jakarta – jurnalpolisi.id
Pedagang pasar yang tergabung dalam Rumah Ekonomi Rakyat (Rekor) dan Komite Pedagang Pasar (KPP), mengecam tindakan semena-mena FPI dan Rizieq Shihab di waktu pandemi Covid 19, hal ini di sampaikan di Pasar Kalimalang, Cakung, Jakarta Timur, Senin (16/11/2020).
Abdul Rosyid Arsyad Ketua Umum Komite Pedagang Pasar (KPP) bersama pedagang pasar dan masyarakat, mengecam tindakan pernyataan yang tidak baik dari Ustadz Maheer At-Thuwailibi dan habib rizieq Imam Besar Front Pembela Islam (FPI).
Komite Pedagang Pasar (KPP) bersama anak-anak pasar, seluruhnya ingin menyampaikan bahwa anak pasar itu tidak terima atas dihinanya Habib Lutfi Bin Yahya, guru kami tercinta, tidak ingin sesama anak bangsa saling menghujat, menghina dan jangan ada lagi doktrin pecah belah persatuan Indonesia, sekaligus stop ujaran kebencian terhadap pemerintah pusat dan partai politik pemenang pemilu secara khusus kepada bapak presiden Jokowi dan Ibu Megawati Soekarno Putri Ketua Umum PDI Perjuangan” kata Ketua Umum Komite Pedagang Pasar (KPP), Abdul Rosyid Arsad di Pasar Kalimalang, Cakung, Jakarta Timur, Senin (16/11/2020).
Sebagai bentuk kecaman, sejumlah pedagang pasar turun langsung ke Pasar Kalimalang Cakung dan keliling ke pasar pasar lainnya, dengan membawa spanduk dan poster.
Selain itu, aksi kecaman juga dituangkan dalam brosur yang kemudian dibagikan kepada pembeli di Pasar Kalimalang Cakung Jakarta Timur.
Rosyid turut mengimbau agar organisasi FPI bersama habib Rizieq Shihab bisa membantu Presiden Jokowi mengatasi Covid 19 dan pemulihan ekonomi Nasional, sekaligus dapat menjaga keharmonisan antar ummat Islam dan menjaga persatuan Indonesia.
“Dari pada menghujat dan menyampaikan doktrin pecah belah persatuan Indonesia, lebih baik habib Rizieq dan FPI bersama-sama mengatasi Covid 19, memulihkan ekonomi nasional dan bisa menciptakan kondisi harmonis, sekaligus bisa memberikan rasa damai dan tentram untuk Indonesia, karena ulama sangat dibutuhkan umaro jadi harus bisa saling merangkul dan bergandengan tangan serta bisa menjaga keharmonisan antara pemerintah dengan warga negara yang baik. Jangan ciptakan premanisme dan radikalisme bertindak semena-mena dengan tujuan memecah belah persatuan Indonesia” tandasnya.**